Amiri meninggalkan Afghanistan sebagai seorang anak-anak, dan keluarganya menetap di Kalifornia. Dia menjadi blak-blakan tentang warga Afghanistan yang hidup di bawah kekuasaan Taliban, terutama wanita, saat masih menjadi pelajar saat serangan 11 September memicu perang AS.
Amiri kemudian menjadi penasihat Richard Holbrooke, diplomat tinggi AS yang tugas terakhirnya di Afghanistan dan Pakistan dan juga bekerja dengan PBB. Dalam sebuah esai baru-baru ini, Amiri menyerukan keterlibatan diplomatik yang berprinsip namun pragmatis dengan Taliban sambil terus menunda pengakuan diplomatik.
"Amerika Serikat dan Eropa juga harus melampaui batas keterlibatan dengan Taliban untuk tujuan mengevakuasi warga dan sekutu mereka dan mengkoordinasikan akses kemanusiaan," tulia Amiri di Foreign Affairs pada September, saat di New York University.
"Bantuan kemanusiaan saja tidak akan mencegah keruntuhan ekonomi atau mencegah radikalisasi dan ketidakstabilan lebih lanjut."
Sementara itu, Amiri juga meragukan warga Afghanistan, yang sebagian besar lahir setelah rezim terakhir Taliban akan menerima kembali perlakuan terhadap perempuan sebelumnya. Dia mengatakan negara itu telah menginternalisasi kemajuan dan perubahan budaya selama 20 tahun terakhir.