Sabtu 09 Oct 2021 05:31 WIB

Tersentuh Bacaan Alquran, Mualaf Zandra: Tenteramkan Hatiku

Mualaf Zandra menemukan kedamaian hati saat mendengar Alquran

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Mualaf Zandra menemukan kedamaian hati saat mendengar Alquran. Mualaf Zandra (kiri) bersama sang suami
Foto:

Pada malam harinya Zandra tertidur pulas dan bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia menjumpai sosok kakeknya yang telah wafat. Sang kakek semasa masih hidup bekerja sebagai seorang agamawan. Kepada sang cucu, kakek ini berpesan bahwa apa pun keputusan Zandra, itu harus dijalani dengan sepenuh hati; jangan setengah-setengah. 

“Papi dukung apa pun keputusan kamu, begitu kata terakhir beliau di mimpi saya. Saya memanggil kakek saya dengan sebutan papi,” jelasnya.

Beberapa hari telah berlalu. Uniknya, setiap malam, Zandra sering memimpikan pertemuan yang sama. Bahkan, kakeknya itu juga menyampaikan pesan yang sama.

Zandra tidak memahami maksud perkataan sang kakek. Bagaimanapun, mimpi berikutnya membuatnya sedikit merenung. Dalam mimpinya tersebut, ia seperti berada di sebuah tempat ibadah, tetapi bukan khas agama non-Islam yang sedang dianutnya saat itu. Beberapa malam kemudian, ia bermimpi sedang berdiri di tepian sungai yang mengalir.

Untuk menenangkan hatinya, Zandra kian meningkatkan intensitas ibadah dan amalan- amalan kebaikan. Menjelang tidur, ia makin rutin berdoa, memohon petunjuk kepada Tuhan. Akan tetapi, pikirannya justru tak lepas dari bayangan tentang Islam.

Sempat terpikir pertanyaan dalam dirinya, siapa yang akan membimbingnya kepada Islam. Kalaupun meminta ibunya, permintaan itu mungkin disanggupi. 

Namun, bukan ritual harian Muslim saja yang diinginkannya, melainkan juga sampai mendalami ajaran agama ini. Terlebih lagi, ada kekhawatiran bila ayahnya, beserta keluarga besar, akan merespons negatif.

Dengan segala pertimbangan itu, Zandra pun belum berani untuk secara terbuka memeluk Islam.

Yang dilakukannya hingga saat itu sekadar yang bisa diperbuatnya seorang diri. Sebagai contoh, mencoba-coba berbusana Muslimah. Ia pun belajar memakai jilbab. Khawatir ayahnya akan mengetahui, ia pun diam-diam mengenakan kain penutup kepala itu. 

“Saat hendak pergi ke lokasi-lokasi dekat rumah, saya tidak mengenakan jilbab. Tapi, waktu pergi ke (tempat yang) agak jauh, barulah saya memakai jilbab yang saya bawa dalam tas,” ujarnya mengenang.   

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement