REPUBLIKA.CO.ID, — Setiap orang mendambakan bisa mempunyai keluarga yang bahagia dan harmonis. Sebuah keluarga yang mampu bersama-sama melewati ujian kehidupan. Suami, istri dan anak menemukan adanya ketentraman dan kenyamanan dalam keluarga serta memiliki kasih sayang yang kuat satu sama lainnya.
Alquran Al Karim telah memberi banyak petunjuk bagi seorang Muslim agar dapat membangun keluarga sakinah. Diantara petunjuk-petunjuk itu tersirat dalam kisah-kisah para nabi dan Rasul yang dijelaskan Alquran.
Pendakwah yang juga ketua Komunikasi Informasi dan Hubungan Masyarakat dan Kelembagaan, Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis), Ustadz Jejen Zaenudin menjelaskan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah seorang Muslim dapat mengambil hikmah dari kisah Nabi Ibrahim.
Alquran menyebutkan Nabi Ibrahim sekitar 52 kali. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al Mumtahanah ayat 6:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ “Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang Mahakaya lagi Mahaterpuji.”
Nabi Ibrahim adalah teladan. Begitupun dengan cara nabi Ibrahim dalam membangun keluarganya patut untuk diteladani setiap Muslim.
Ustdaz Jejen menerangkan salah satu keteladanan Nabi Ibrahim adalah mampu membangun komunikasi yang baik terhadap orang tuanya, istri, dan anaknya.
Dalam sirah nabawiyah, dijelaskan Nabi Ibrahim memiliki orang tua yang profesinya adalah pembuatan berhala. Dia bernama Azar. Akan tetapi Nabi Ibrahim mampu menyampaikan misi dakwahnya dengan cara santun tanpa menyakiti orang tuanya. Dialog antara Nabi Ibrahim dan ayahnya itu pun diabadikan dalam Alquran surat Maryam ayat 43-44.
يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَٰنِ عَصِيًّا
“Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Mahapemurah.”
Sementara itu Nabi Ibrahim pun adalah teladan khususnya bagi kaum laki-laki agar mambu membangun dialog yang baik dengan istrinya. Dalam sirah dijelaskan bahwa Nabi Ibrahim pernah mendapatkan perintah dari Allah SWT karena itu ida harus meninggalkan istrinya yaitu sayyidati Hajar yang baru melahirkan Ismail di sebuah gurun tandus.
Nabi Ibrahim mampu membangun komunikasi yang baik dengan istrinya sehingga merelakan kepergiannya untuk menjalankan perintah Allah SWT. Hikmah dari keikhlasan dan ketaatan sayyidati Hajar, Allah SWT memberikan pertolongan ketika Ismail khausan. Allah menurunkan mukjizat kepada Ismail sehingga keluarlah air zam-zam di tengah-tengah gurun tandus itu.