Kemudian Yusuf membacanya berulang-ulang. Meskipun ia menyadari tidak dapat memahaminya sepenuhnya, hingga pada sampai surat An-Nur ayat 39-40.
"Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu, dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitunganNya. Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang bertindih-tindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun".
"Di sinilah saya menemukan diri saya lagi. Saya telah menghabiskan seluruh hidup saya mengejar fatamorgana. Saya ingin disukai, dihormati, dicintai, saya ingin orang berpikir bahwa saya keren. Saya haus akan kepuasan dan kebahagiaan (dan meskipun saya tidak menyadarinya, Allah), dan saya pikir mengadopsi gaya hidup yang saya pilih akan membawa saya pada itu, tetapi saya tidak menemukan apa pun selain balasan, dan itu adalah kecemasan dan depresi," ucap Yusuf.