Sabtu 01 Nov 2025 17:51 WIB

Investigasi Ini Ungkap Peran UEA di Balik Pembantaian RSF di Sudan

UEA telah meningkatkan pasokan senjata ke Bosaso secara signifikan.

Citra satelit yang diambil oleh Airbus DS menunjukkan dua noda kemerahan di tanah dekat kendaraan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di lingkungan Daraja Oula di el-Fasher, Sudan, Senin, 27 Oktober 2025.
Foto: Airbus DS 2025 via AP
Citra satelit yang diambil oleh Airbus DS menunjukkan dua noda kemerahan di tanah dekat kendaraan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di lingkungan Daraja Oula di el-Fasher, Sudan, Senin, 27 Oktober 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, DARFOUR — Pesawat angkut kargo IL-76 berwarna putih parkir di samping pesawat lain yang terbilang mirip di Bandara Bosaso, Negara Bagian Puntland, Somalia. Para pekerja kemudian menurunkan material logistik yang namanya tak disebutkan, dari pesawat.

“Pesawat-pesawat itu sering datang dan logistik segera dipindahkan ke pesawat lain yang siaga dan ditujukan untuk Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter di Sudan melalui negara-negara tetangga,” kata Abdullahi, seorang komandan senior Pasukan Polisi Maritim Puntland (PMPF) di Bandara Bosaso, yang berbicara kepada Middle East Eye dengan menggunakan nama samaran karena alasan keamanan.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

Menurut data pelacakan penerbangan, citra satelit, berbagai sumber lokal serta regional hingga informasi dari diplomat AS,  pesawat dan kargo ini berasal dari Uni Emirat Arab.

Tujuannya, seperti yang dikatakan Abdullahi, adalah Sudan dan RSF, yang pada pekan  ini telah merebut el-Fasher, ibu kota negara bagian Darfur Utara, setelah lebih dari 500 hari pengepungan. Pasukan paramiliter tersebut telah melakukan kekejaman yang mengerikan setelah meraih kemenangan. Mereka merekam diri sendiri setelah membantai warga sipil yang melarikan diri dan melakukan eksekusi massal di rumah sakit.

Selama beberapa bulan, sebuah pola dapat dilihat pada pesawat kargo yang dilacak oleh MEE memasuki Bosaso. Pesawat-pesawat itu tidak akan lama. Mereka akan tiba selama periode aktivitas minimal di bandara. Data lalu lintas udara yang dapat diakses publik menunjukkan bahwa UEA semakin sering menggunakan Bandara Bosaso karena waktu kedatangan pesawat terkadang berubah.

“Selama bongkar muat, bandara-bandara ini dijaga ketat karena membawa material dan logistik sensitif yang tidak diungkapkan kepada publik,” kata Abdullahi. Persediaan juga masuk ke pelabuhan di Bosaso.

photo
(FILE) - Seorang pria UEA bersama istrinya berjalan melewati potret Presiden UEA dan Penguasa Abu Dhabi Sheikh Khalifa bin Zayed al-Nahyan di Dubai, Uni Emirat Arab, 02 Desember 2008 (Diterbitkan kembali 13 Mei 2022). Menurut kantor berita negara Emirates WAM pada 13 Mei 2022 Presiden Uni Emirat Arab Sheikh Khalifa Bin Zayed Al Nahyan telah meninggal pada usia 73 tahun. - ( EPA-EFE/ALI HAIDER)

Pangkalan Bosaso

Selama bertahun-tahun, UEA telah mendanai PMPF Puntland, sebuah pasukan regional yang dibentuk untuk memerangi pembajakan. Para tentara di sana mengatakan tidak ada satu pun material yang tiba dengan pesawat angkut yang dibawa ke kamp mereka. Pengiriman dari UEA besar dan melebihi kebutuhan mereka.

Data pelacakan penerbangan yang sebelumnya dilaporkan oleh MEE mengungkapkan, UEA telah meningkatkan pasokan senjata ke Bosaso secara signifikan. Sementara itu, intelijen AS mengatakan, pasokan tersebut termasuk drone buatan China.

Seorang manajer senior di pelabuhan Bosaso mengungkapkan untuk pertama kalinya kepada MEE, selama dua tahun terakhir, Uni Emirat Arab telah menyalurkan lebih dari 500.000 kontainer yang ditandai berbahaya melalui Bosaso.

Berbeda dengan kargo standar yang didokumentasikan dengan surat asal dan tujuan, pengiriman dari Emirat ini tak mempunyai deskripsi isi material didalamnya. Manajer pelabuhan mengatakan, operasi logistik diselimuti kerahasiaan. Setibanya di sana, kontainer segera dipindahkan ke bandara dan dimuat ke pesawat yang sudah siaga.

Keamanan untuk pengiriman logistik terbilang sangat ketat, kata sumber MEE di Bosaso. Ketika sebuah kapal berlabuh, pasukan PMPF dikerahkan untuk menutup pelabuhan dan mencegah perekaman. Hanya personel yang sedang bertugas mendapatkan akses. Mereka diperingatkan untuk tidak merekam apa pun selama proses pembongkaran dan transit.

Sumber-sumber tersebut berpendapat bahwa kerahasiaan operasi ini membuktikan bahwa barang-barang tersebut bukan untuk keperluan domestik.“Jika memang untuk keperluan domestik, kami akan melihat di mana mereka disimpan atau menemukan kontainer kosongnya,” kata manajer senior tersebut. Sebaliknya, ia berkata, “itu hanya transit”, yang berarti Bosaso adalah titik persinggahan rahasia.

Middle East Eye telah menulis surat kepada pemerintah UEA dan otoritas regional di Puntland untuk meminta tanggapan. Keduanya tidak memberikan jawaban. UEA sebelumnya telah membantah mensponsori RSF.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement