Senin 31 May 2021 04:40 WIB

Ketika Saya Menjadi Muslim Ceko

Umat Islam di Ceko berjumlah kurang dari 0,1 persen dari 10,7 juta penduduknya.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Agung Sasongko
Muslim Ceko
Foto:

Tradisi merayakan Idul Fitri dimulai bagi banyak wanita beberapa hari sebelumnya karena mereka membeli hadiah dan mempersiapkan acara tersebut. Malam menjelang Idul Fitri biasanya dihabiskan untuk memasak.

Namun, pada hari raya, imam yang memimpin shalat memulai pengajian pada pukul 08.00 di lantai satu, dan suaranya terdengar melalui pengeras suara di seluruh lantai dua, tempat para jamaah perempuan sholat berjejer. 

Dibandingkan dengan banyak tempat lain, seperti Balkan atau Rusia, di mana pria menghadiri sholat dan wanita kebanyakan tinggal di rumah, di masjid Ceko, semua anggota keluarga berkumpul, dari mulai suami, istri, dan anak-anak yang ingin berpartisipasi. 

Setelah sholat, komunitas Muslim di sana saling bertukar salam dan hadiah, serta makanan dan resep. Hidangan yang disajikan mencerminkan keragaman di antara wanita Muslim di sini.  Selain masakan Arab dan Turki, ada juga yang menyiapkan pancake Ceko, salad dan kue tradisional Rusia, serta makanan nasional lainnya dari seluruh dunia.

Jacquiline, seorang wanita campuran Ceko dan Sudan yang merayakan Ramadhan di kedua negara, biasanya membuat kue yang disebut "Ka'ak". “Di Czechia, tidak banyak waktu yang dihabiskan untuk menyiapkan makanan dibandingkan dengan Sudan. Jadi, wanita di Czechia menghabiskan lebih banyak waktu untuk beribadah,” katanya. 

Ketika ditanya bagaimana perasaannya menjadi Muslim di Ceko, Jacquiline berkata keadaannya lebih baik dibanding negara lain. “Saya memakai hijab dan saya puas. Meski terkadang ada kritik, tapi bisa bertahan,” ujarnya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement