REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang Muslim Ceko Talah Nadeem menceritakan perjuangan hidup Muslim di negara tersebut. Isla mofobia terjadi di masa pemerintahan presiden Milos Zeman hingga saat ini.
Agak sulit menjaga moral dan menjaga keimanan saat tinggal di Praha. Ini karena Praha dikenal sebagai tempat pesta internasional.
Disana, harga air mineral lebih mahal dibandingkan alkohol, seks bebas tidak tabu, bahkan penggunaan obat-obatan terlarang bukan tindakan kriminal.
Nadeem merupakan pemeluk Islam moderat. Meski tidak mengonsumsi alkohol, minuman keras, dan hidup tanpa seks bebas, dia mampu menikmati hidup. Banyak Muslim yang ketika menolak hal tersebut dianggap sebagai paria (kasta terendah di India kuno).
Dia beruntung mendapatkan teman-teman yang tidak melakukan diskriminasi padanya. Namun, sikap toleran terhadap Muslim ini tidak dilakukan secara terbuka, sehingga banyak Muslim yang menyerah dengan tekanan untuk mengonsumsi alkohol.
Banyak masyarakat Ceko yang tidak peduli dan tidak percaya dengan keberadaan agama, khususnya Islam. Agama telah digantikan dengan atheis yang kuat.
Apalagi, media menggambarkan Islam yang dekat dengan kekerasan, teroris, hedonis, berjanggut panjang penghuni gua, dan merencanakan kehancuran dunia Barat.
Namun, umat Muslim di Ceko masih tetap berusaha menghilangkan stigma negatif yang diidentikkan kepada mereka. Salah satu upaya yang dilakukan adalah ketika khutbah di enam masjid Praha menggunakan bahasa yang berbeda, seperti bahasa Ceko, Inggris, Rusia, dan Turki. Ini merupakan bagian dari cara untuk mengintegrasikan Islam dengan masyarakat Ceko.