REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI – Operasi pengaruh anti-Muslim India dalam mendukung Israel menjelaskan bagaimana kampanye gangguan informasi India beroperasi dan menargetkan Muslim India.
Pada malam 12 Mei, sebuah panggilan terbuka diluncurkan di media sosial India untuk membuat trending anti-Muslim #UnitedAgainstJehad.
Teks tersebut disertai dengan grafik dengan instruksi yang lebih rinci: "Anda harus men-tweet setidaknya 40 kali. Jihad Islam radikal jauh lebih berbahaya daripada pandemi apapun."
@RandomIndianGuy adalah penulis cuitan pertama ini. Ia adalah seorang "nasionalis garis keras," menurut profil Twitter-nya, dan promotor tetap narasi Islamofobia, pro-Hindu.
Dilansir di First Draft News, Sabtu (22/5) disebutkan bahwa kampanye astroturfing (praktik menciptakan ilusi dukungan akar rumput yang tersebar luas) seperti ini rutin dilakukan di Twitter. Tetapi ketika konflik pecah di Israel dan Palestina, ribuan pesan anti-Islam dan pro-Israel membanjiri media sosial India, menggunakan konflik tersebut sebagai sarana untuk mempromosikan Islamofobia.
Dengan menggunakan akun yang baru dibuat yang memposting teks yang sama dan memperkuat hashtag tertentu, jaringan Twitter berusaha memasukkan dirinya ke dalam percakapan global seputar konflik Israel-Palestina sambil secara artifisial mendorong pesan anti-Muslim di India dan sekitarnya. Seperti diketahui, India merupakan negara yang sangat mendiskriminasi Muslim.
Antara 12 Mei dan 17 Mei, tagar muncul di 40 ribu tweet dan retweet dan diposting 5.958 akun individu.
Di antara narasi utama yang didorong menggunakan tagar adalah gagasan bahwa Muslim menjadi ancaman bagi cara hidup Hindu, dan bahwa mereka mengancam keamanan nasional India.
Tema-tema ini telah lama dipromosikan oleh para pemimpin dari Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa di India dan kelompok afiliasinya, Human Rights Watch memperingatkan.
Di antara 100 cuitan yang paling banyak dibagikan dalam kumpulan data, 28 postingan termasuk referensi ke teori konspirasi Islamofobia 'cinta jihad', kekerasan seksual, dugaan insiden kekerasan komunal atau penolakan adat istiadat Muslim.
Istilah seperti "Muslim" dan "Islam" dihindari dan referensi ke "komunitas" dan istilah lain digunakan, mungkin sebagai upaya untuk menghindari moderasi konten.
Khususnya, ejaan alternatif untuk istilah "jihad" digunakan, mungkin dalam upaya untuk menghindari deteksi. Contoh lainnya mengubah ejaan Muslim menjadi "m0slim.
Lima belas persen dari 100 posting teratas yang paling banyak dibagikan menggunakan sedikit atau tidak ada kata-kata dan termasuk meme, gambar, atau karikatur. Gambar-gambar ini sering menyampaikan pesan yang tidak dapat dideteksi dari teks saja.
Dalam satu contoh, sebuah gambar yang merujuk pada seorang penguasa...