"Karena keputusan pengadilan itu, saya sangat optimistis. Kami berada di sini di negara kami, di tanah kami. Kami tidak akan menyerah," kata Nabil al-Kurd (77 tahun), salah satu warga Palestina yang menghadapi penggusuran setelah berbuka puasa.
Al-Kurd dan sekelompok tetua duduk dan menyaksikan para pengunjuk rasa muda Palestina bernyanyi dan meneriakkan slogan-slogan kepada para pemukim di seberang jalan, meneriakkan "Kebebasan, kebebasan" dan "Palestina adalah Arab". Orang-orang Israel melakukan hal yang sama.
Mereka bernyanyi dan menari sementara polisi dengan perlengkapan anti huru-hara dan menunggang kuda memastikan kedua kubu berada di posisi terpisah. Di rumah pemukim di seberang jalan, Yaakov (42), mengatakan penundaan pengadilan adalah aib.
"Mereka seharusnya mengambil sikap dan menunjukkan siapa pun yang melakukan tindakan kekerasan di Israel segera dihukum dan tidak diberi imbalan atas perilaku buruk mereka," katanya.
Bentrokan dan ketegangan di Yerusalem Timur telah meluas menjadi bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina di sekitar Al Aqsa, masjid paling suci ketiga Islam, pada puncak bulan Ramadhan, hingga memicu kecaman internasional. Konfrontasi pecah antara warga Palestina dan polisi Israel di beberapa bagian Yerusalem Timur pada Ahad.