Jumat 07 May 2021 09:53 WIB

Sepeda dan Muhammadiyah dalam Lintasan Sejarah

Anak muda Muhammadiyah sudah mulai mengenal sepeda sejak era 1920-an.

Sepeda dan Muhammadiyah dalam Lintasan Sejarah
Foto:

Dalam kongres seperempat abad Muhammadiyah di Betawi (Jakarta) tahun 1936, sepeda bahkan merupakan salah satu sarana transportasi terpenting bagi para peserta kongres, baik bagi mereka yang ada di daerah sekitar Betawi maupun dari daerah-daerah di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Panitia kongres menyediakan sebuah panduan khusus bagi mereka yang mendatangi arena kongres dengan menggowes kereta angin ini.

Mereka diharapkan untuk datang berombongan dengan dipimpin oleh seorang leider (pemimpin rombongan). Leider ini yang nanti akan menentukan bagaimana barisan sepeda itu diatur, bagaimana teknis untuk mendahului sepeda di depan, di mana mereka berhenti untuk istirahat, keamanan selama perjalanan dan sebagainya. Rombongan ini kala itu dikenal sebagai “angkatan bersepeda ke Congres”, suatu istilah yang mencerminkan jumlah pesepeda yang besar namun tetap bergerak dengan penuh kedisiplinan.

Salah satu musuh utama pengendara sepeda adalah ban yang bocor di tengah jalan. Bagaimana bila ini terjadi dalam perjalanan menuju kongres? Panitia kongres tahun 1936 mengingatkan apabila ada peserta kongres yang bannya pecah, maka ia hendaknya ditolong oleh sedikitnya tiga rekan perjalanannya yang lain.

Sisa rombongan diminta untuk melanjutkan perjalanan, tapi maksimal hanya sejauh 3 km. Setelah berjalan 3 km, mereka diharapkan berhenti agar menunggu pengendara yang bannya bocor tadi. Demikian pula bila ada pesepeda yang sakit, diharapkan agar rekan-rekan seperjalanan yang lain segera membantunya.

Bagaimana bagi mereka yang bersepeda dari daerah yang jauh dari Betawi? Panitia kongres memberi instruksi pada cabang dan grup Muhammadiyah yang ada di berbagai kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk menjadi “post” atau tempat pemberhentian dan menginap sementara bagi para pesepeda ini. Pos-pos tersebut antara lain ada di Serang, Bogor, Tasikmalaya, Bandung, Kebumen, Semarang, Sampang dan Surabaya.

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement