“Ketika pendeta meminta saya untuk mengadopsi monastisisme dan meninggalkan pengejaran duniawi dan mengabdikan diri sepenuhnya pada pekerjaan spiritual, sesuatu di dalam diri saya memberontak. Saya merasa bahwa itu bukanlah cara yang Tuhan inginkan," katanya.
"Saya ingin menjadi seorang istri dan ibu, dan ini adalah hubungan, emosi dan perasaan yang diberikan kepada kami oleh Tuhan. Saya berpikir mengapa Tuhan ingin kita meninggalkan dunia dan meninggalkan hubungan ketika Dialah yang telah memberi kita dunia ini dengan semua hubungan ini di sekitar kita," ujarnya.
Pada usia 23 tahun, Asya kemudian beralih ke Yudaisme sebelum kembali ke Kristen. Namun, dia tidak bisa menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang dia rindukan. Saat itulah dia memutuskan untuk mendalami Islam.
“Saya tidak pernah berpikir untuk mendekati Islam karena ketakutan yang tertanam di hati saya dengan apa yang saya lihat, dengar dan baca di saluran media. Namun, menemukan diri saya dalam kekosongan spiritual, saya memutuskan untuk mendalami Islam dan saat itulah saya kebetulan menemukan kisah Yesus dan ibunya Maria dalam Islam," jelasnya.
"Saya bertanya-tanya pada diri sendiri mengapa cerita ini memiliki karakter yang mirip dengan yang saya baca dalam agama Kristen. Ini membuat saya terpikat dan saya mulai membaca tentang Islam. Saya tidak percaya bagaimana satu per satu, semua pertanyaan saya terjawab karena saya terus membaca lebih banyak tentang Islam," ujarnya.