REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak ada dosa yang kecil ketika dihadapkan pada keadilan Allah SWT. Hal itu pernah disampaikan sang salik, Ibnu Athaillah as-Sakandari. Nasihat tersebut mengingatkan pentingnya bersikap hati-hati (wara’) dalam setiap urusan di dunia ini. Apalagi, bila seseorang sudah mengikrarkan diri sebagai seorang Muslim dan Mu`min.
Nabi Muhammad SAW telah menyampaikan banyak kisah sebagai pengingat kepada umat beliau. Di antaranya, sebagaimana yang terkandung dalam hadis riwayat Tirmidzi.
Suatu ketika, Rasulullah SAW menceritakan kepada para sahabat beliau, “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari Jubb al-Hazn.” Maka para sahabat pun bertanya, “Apakah itu Jubb al-Hazn, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Itulah sebuah lembah di Neraka Jahanam. Setiap hari, Jahanam sendiri memohon perlindungan dari itu (Jubb al-Hazn) sebanyak seratus kali.”
“Wahai Rasulullah, siapa yang akan memasukinya?”
“Para pembaca Alquran yang beramal karena pamrih (riya),” kata Rasulullah SAW menjelaskan.
Adapun riwayat dari Sufyan ats-Tsauri menyebutkan sabda Nabi SAW. “Sesungguhnya di Neraka Jahanam ada sebuah lembah, di mana Jahanam itu sendiri setiap hari memohon perlindungan darinya (kepada Allah SWT) sebanyak 70 kali. Lembah tersebut dihuni oleh para qurra’ yang gemar mengunjungi para penguasa.”
Secara kebahasaan, Jubb al-Hazn dapat diartikan sebagai 'lembah kesedihan.' Lembah itu terletak di dalam Neraka Jahanam. Berbeda dengan level-level lainnya, Jahanam adalah bagian neraka yang paling dalam, sehingga wajar di dalamnya terjadi siksaan dengan tingkatan yang paling berat.
View this post on Instagram




