REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peradaban China menerima Islam secara intens kira-kira pada abad ke-14. Hal itu tercermin dari kisah seorang kaisar yang turut serta dalam meresmikan masjid di wilayah kekuasaannya.
Pada 1368 atau tahun pertama kekuasaannya, Kaisar Zhu Yuanzhang merestui pembangunan Masjid Jin Jue atau Masjid Jalan San San di Nanjing, ibukota kerajaan Ming kala itu. Pada saat peresmian masjid tersebut, secara khusus sang kaisar membuat sajak penghargaan yang terkenal sebagai "Sajak Seratus Kata."
Sajak ini berisi syair-syair yang mengagungkan Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam. Sejak itu pembangunan masjid berjalan di berbagai kota besar lainnya, seperti Masjid Jalan Da Xue Xi di kota Xi An (1382). Dakwah Islam pun berkembang lewat dai-dai yang khusus didatangkan dari Arab. Tokoh-tokoh dakwah di masa itu antara lain Haji Amir (1407), Muhammad (1464), Fana (1468) dan Zhan Ma Lu Din (Jamaluddin, 1469).
Pada masa itulah Islam berkembang cukup pesat di China. Hal itu terutama lantaran kehadiran ulama-ulama dari Arab yang mengajarkan agama ini kepada penduduk setempat.
Tentu saja, Kaisar mendukung penuh gerakan dakwah ini. Titahnya banyak yang diukir dalam batu, untuk kemudian diletakkan pada bangunan masjid-masjid.
Namun, ada pula pemimpin-pemimpin yang berupaya membatasi pengaruh Islam. Misalnya, beberapa kaisar non-Muslim yang kemudian melakukan berbagai kebijakan. Sebut saja, pembatasan kawin dalam kelompok masyarakat Muslim dengan masyarakat tempatan.
View this post on Instagram




