REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Kerjasama Luar Negeri dan Hubungan Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan, pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RS Indonesia) di Hebron sangat membutuhkan bantuan dari umat Islam Indonesia.
"Kami akan segera menggelar rapat tugas, agar seluruh rakyat dan umat Islam Indonesia dapat berpartisipasi dalam pembangunan rumah sakit ini" ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika, Ahad (18/4).
Prof Sudarnoto menjelaskan, perencanaan pembanguan rumah sakit ini akan menggandeng berbagai kalangan dan organisasi. "Termasuk dari Aqsa Working Group yang telah banyak memberi masukan dan saran produktif untuk pembangunan rumah sakit ini," ucapnya.
Pembangunan RS Indonesia di Hebron yang diinisiasi oleh MUI tersebut diperkirakan akan menelan biaya Rp 100 Miliar. Prof Sudarnoto berharap pembangunan RS Indonesia akan selesai tidak lebih dari lima tahun.
Rumah sakit tersebut rencananya akan dibangun untuk menampung para pasien di wilayah Hebron Palestina yang berpenduduk sekitar 1,2 juta yang membutuhkan bantuan pengobatan, khususnya untuk fisioterapi dan rehabilitasi. Saat ini, proses pembangunan masih tahap pengumpulan dana.
Untuk diketahui, Prof Sudarnoto sempat menerima kunjungan tim Aqsa Working Group (AWG) di UHAMKA Jakarta pada Sabtu (17/4). Rombongan tersebut dipimpin Ketua Presidium AWG, M Anshorullah bersama Sekretaris Jenderal AWG Subhan Amier Chaf dan pengurus AWG lainnya, Angga Aminuddin dan Panji ahmad.
M Anshorullah dan Angga Aminudin menyambut baik rencana kerjasama pembangunan RS Indonesia di Hebron dan siap mengerahkan relawan yang berpengalaman untuk menyelesaikan pembangunan tersebut.
"Alhamdulillah dengan izin Allah kami telah mengirimkan relawan untuk pembangunan rumah sakit Indonesia di Gaza dan Myanmar," kata Anshorullah.
Sekjen AWG Subhan Amier Chaf dalam pertemuan itu menjelaskan, para relawan tersebut sangat berpengalaman, karena sebelumnya telah berhasil menyelesaikan pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza dan di Myanmar.
"Hal itu atas kerjasama yang baik antara kami (AWG) dan Yayasan Shuffah Hizbullah Al-Fatah serta tentunya dari MER-C dan doa dari seluruh rakyat Indonesia," jelas Subhan.
Subhan menambahkan, relawan yang dikirim harus betul-betul berpengalaman karena pembangunan RS Indonesia berada di lokasi yang kerap kali menjadi target serangan tentara Israel yang menyasar warga Palestina. "Kita harus mempersiapkannya dengan matang dari A to Z nya, " kata Subhan.