Selasa 23 Mar 2021 16:25 WIB

Puisi Imam Syafii: Cukuplah Kematian Sebagai Nasihat

Kematian adalah sebuah kepastian.

Puisi Imam Syafii: Cukuplah Kematian Sebagai Nasihat
Foto:

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Ustaimin Rahimahullah menjelaskan, “Larangan di sini adalah haram, karena berangan-angan agar mati adalah perbuatan tidak ridha dengan takdir Allah. Seorang mukmin wajib bersabar dengan takdir Allah.” (Syarah Riyadhus Shalihin).

Amanat yang disampaikan oleh Imam Syafii pada kumpulan puisi di atas adalah segala aktivitas dan kesombongan hidup di dunia akan berakhir dengan kematian. Pesan untuk kita sebaiknya sebagai makhluk lemah untuk mempersiapkan bekal perjalanan ke akhirat sebaik-baiknya.

Kekayaan, jabatan tinggi, pengaruh yang luar biasa, wanita cantik, anak-anak yang menyenangkan, dunia, harta semuanya tidak ada yang bisa menolongnya saat kematian datang. Hal itu ditampilkan dalam dua kalimat puisi yang sangat indah,

Bumi Allah teramat luas memang,

Namun tatkala mati menjemput, sempitlah semua ruang.

Harapan terbesar adalah kita jangan sampai menyia-nyiakan hari yang telah lewat karena kalau kematian datang tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya. Imam syafii menggambarkan kesombongan dan pengkianatan yang setiap saat berada di dunia ini tak bisa diobati kecuali dengan kematian.

Ungkapan kritik sosial ini yang dialami dalam kehidupan manusia hingga kezaliman dan kecurangan yang dilakukan para penguasa, bahkan rakyat jelata akan menjadi kesia-siaan. Akhirnya Imam Syafii menutup dengan kata-kata.

Biarkan hari-hari berkhianat setiap saat,

Karena mati tak tercegah oleh obat.

Pelajaran berharga bagi kita yang mesih bisa bernapas agar mampu menerjemahkan makna hidup mengenai hari-hari yang dilalui dengan pengkhianatan tidak dilanjutkan agar diperbaiki untuk hal yang mencerahkan dan berkemajuan. Karena apabila kematian datang tidak ada yang bisa mencegahnya dan sehebat apapun orang di dunia ini tidak ada yang bisa memberi obat atau penawarnya agar tidak terjadi kematian.

Saatnya bagi kita untuk bekerja dan beramal lebih keras lagi. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain. Semoga di sisa-sisa pengkhidmatan kita ada kemudahan untuk memperoleh hal tersebut. Nashrun Minallahi Wa Fathun Qariib Wa Bashshiril Mu’minin.

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement