REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alif Sarifudin, Ketua PDM Kota Tegal
وَمَن نَزَلَت بِساحَتِهِ المَنايا
فَلا أَرضٌ تَقيهِ وَلا سَماءُ
Siapapun yang pelatarannya dihampiri oleh kematian,
Maka tak ada bumi maupun langit mampu melindunginya.
وَأَرضُ اللَهِ واسِعَةٌ وَلَكِن
إِذا نَزَلَ القَضا ضاقَ الفَضاءُ
Bumi Allah teramat luas memang.
Namun tatakala mati menjemput, sempitlah semua ruang
دَعِ الأَيّامَ تَغدِرُ كُلَّ حِينٍ
فَما يُغني عَنِ المَوتِ الدَواءُ
Biarkan hari-hari berkhianat setiap saat,
Karena mati tak tercegah oleh obat.
Pada bait puisi di atas, seakan Imam Syafii berkata kepada kita, “Kematian adalah puncak dari kegiatan manusia di dunia yang akan menjadikan episode terakhir dari episode kehidupan sebelumnya dan apabila datang tidak ada yang bisa menghentikannya.” Kematian menjadikan bumi yang luas menjadi sempit dan hari-hari yang ditinggalkan hanya akan menjadi kenangan.