Jumat 19 Feb 2021 17:26 WIB

Kisah Mualaf Kanada: Dari Bahasa Isyarat Temukan Islam

Ia menyederhanakan pengajaran agama untuk anak-anak dan mengunggahnya di medsos.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Kisah Mualaf Kanada: Dari Bahasa Isyarat Temukan Islam. Seorang guru bahasa isyarat Kanada, Jenny Molendyk Divleli masuk Islam pada 2006.
Foto:

Periode yang Sulit

Ayah dan ibunya terus menolak keputusannya masuk Islam. Ayahnya juga memberikannya banyak artikel yang menuliskan bagaimana agama Islam tersebut.

"Dia ingin memberi tahu saya itulah yang telah saya pilih. Dia kesal. Saya mengerti dia. Tapi dia tidak tahu apa itu Islam. Dia hanya tahu apa yang dia lihat di televisi. Ibuku lebih takut. Dia takut saya akan menikah, tidak pernah melihat anak saya, tinggal di ruang bawah tanah, terkunci dan dalam kegelapan,” katanya.

Molendyk juga mendapat reaksi tajam dari orang-orang di sekolahnya. Saat keputusannya masuk Islam tercium, ia dipanggil pihak universitas. Bahkan bosnya menanyakan pertanyaan serupa, dia pun mulai berhenti dari pekerjaannya.

Ketika dia menikah dengan Sami Divieli, yang telah berada di Kanada untuk pendidikan dan pekerjaan, hanya saudara laki-lakinya yang menghadiri acara tersebut. Tetapi setelah enam bulan, ketika mereka mengadakan upacara di Istanbul, ibunya hadir.

“Anak pertama kami lahir di Kanada pada 2008. Kami ingin anak kami tumbuh di negara Muslim, berbicara dua bahasa, dan mendengarkan azan,” katanya.

Tinggal bersama keluarga suaminya, dia mengatakan mereka menyambut dan memperlakukannya seperti seorang putri. Kendala satu-satunya adalah bahasa, mereka tidak bisa bahasa Inggris dan dia tidak tahu bahasa Turki.

Tetapi dia mengatakan kehidupan di Turki sama sekali berbeda seperti di Kanada. Semua orang menatapnya saat dia pergi dengan mengenakan kerudung.

"Saya datang ke Turki, berpikir saya tidak akan menarik perhatian. Tapi ternyata tidak seperti itu," ujarnya.

“Semua orang mengerti saya orang asing. Mereka merasa penasaran dan mengajukan pertanyaan kepada saya. Saya sangat menyukai Istanbul dan Turki. Kami ingin membesarkan anak-anak yang bahagia dengan Islam, mencintai Islam, dan menjadikan Nabi sebagai panutan,” katanya.

Link artikel asli

sumber : Anadolu Agency
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement