REPUBLIKA.CO.ID,HERAT -- Ratusan kendaraan bahan bakar meledak dalam kobaran api besar-besaran yang merobek pos bea cukai di Afghanistan dekat perbatasan Iran pada Sabtu (13/2). Kondisi ini mengganggu pasokan listrik dan menyebabkan kerusakan yang merugikan jutaan dolar AS.
Kepala Kamar Dagang dan Industri Herat, Younus Qazizada, mengatakan kobaran api telah menyebabkan kerugian jutaan dolar. "Investigasi awal menunjukkan bahwa sejauh ini lebih dari 50 juta dolar AS kerusakan disebabkan oleh kebakaran," katanya.
Otoritas Iran mengirim mobil pemadam kebakaran dan ambulans ke seberang perbatasan. Sementara sejumlah penduduk setempat memerangi kobaran api di kota perbatasan Islam Qala sebelum berhasil dikendalikan.
Laporan awal mengatakan kobaran api telah dimulai setelah sebuah kapal tanker gas meledak. Para pejabat kemudian mengatakan bahwa penyebabnya belum jelas.
Pejabat perdagangan regional Iran, Hossein Akhundzadeh, lebih dari 300 kendaraan yang membawa gas, diesel, dan bensin meledak. "Tidak diketahui apakah pengemudi bisa melarikan diri atau tidak,” katanya.
Gubernur provinsi barat Herat, Waheed Qatali, mengatakan pihak berwenang Iran dan personel yang dipimpin NATO di Afghanistan diminta untuk membantu memadamkan api yang merusak infrastruktur listrik. Akibat kebakaran ini menyebabkan sebagian besar ibu kota Herat tanpa listrik.
Juru bicara perusahaan distribusi listrik Da Afghanistan Breshna Sherkat, Wahid Tawhidi, mengatakan 100 megawatt (MW) listrik yang diimpor dari Iran ke provinsi Herat telah diputus karena dua tiang terbakar. Dia mengatakan 60 persen dari Herat, salah satu provinsi terbesar di Afghanistan, tidak memiliki listrik.
Pada Sabtu malam, kantor berita negara Iran IRNA mengutip juru bicara gubernur Herat, Jilani Farhad, mengatakan bahwa api dapat dikendalikan tetapi sekitar 500 kendaraan telah dibakar. Sebelumnya, petugas penyelamat dan pasukan keamanan Afghanistan memindahkan ratusan tanker bahan bakar dan gas dari daerah itu. Qatali menjelaskan, Misi Dukungan Tegas internasional dihubungi dengan permintaan untuk memberikan bantuan pemadam kebakaran udara.
Seorang pejabat yang memantau situasi mengatakan setidaknya 60 orang terluka. Pejabat Afghanistan memberikan jumlah korban yang lebih rendah, tetapi mengatakan jumlah itu bisa meningkat.