Ahad 31 Jan 2021 12:32 WIB

Pemimpin Sayap Kanan Le Pen Kembali Usulkan Larangan Jilbab

Le Pen telah mencalonkan diri dua kali untuk kursi kepresidenan Prancis.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Kandidat presiden sayap kanan Prancis Marine Le Pen.
Foto:

Jajak pendapat yang dilakukan secara daring oleh Harris Interactive menunjukkan, jika pemilihan presiden putaran terakhir diadakan hari ini, Le Pen akan mengumpulkan 48 persen suara sementara Macron akan terpilih kembali dengan 52 persen.

"Jajak pendapat ini merupakan cuplikan dari suatu momen, tetapi yang perlu ditunjukkan adalah gagasan saya menang itu kredibel, bahkan masuk akal," kata Le Pen.

Prospek hasil yang ketat ini memicu lonceng peringatan di arus utama politik Prancis, terlebih atas krisis ganda kesehatan dan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang menyapu seluruh negeri.

Kasus pemenggalan kepala Samuel Paty di sebuah kota di barat laut Paris beberapa waktu lalu seakan menghidupkan kembali argumen pahit di Prancis tentang imigrasi. Sekaligus, insiden ini menempatkan sekularisme ketat negara di bawah pengawasan internasional.

Menanggapi kematian Paty, Pemerintah Macron menutup sejumlah organisasi yang dianggap Islamis. Rancangan undang-undang yang awalnya disebut "RUU anti-separatisme", yang menindak pendanaan asing untuk organisasi Islam, lantas dikebut.

Jika terpilih kembali setelah kampanye ini, Macron yang berusia 43 tahun akan menjadi presiden pertama sejak Jacques Chirac pada 2002, yang memenangkan masa jabatan kedua.  

 

https://www.aljazeera.com/news/2021/1/30/frances-le-pen-at-record-high-in-polls-proposes-hijab-ban

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement