Ahad 24 Jan 2021 10:05 WIB

Sri Baduga Maharaja, Sahabat Nabi Muhammad dari Nusantara?

Adakah Sahabat Nabi Muhammad dari Nusantara?

Gaya busana santri di masa lalu.
Foto:

Bila Salman menjadi penghubung the missing link dalam tradisi Nabi Ibrahim as yang bersifat teosentris yang berpusat di tanah Arab sana.

Apakah tidak mungkin bila Sri Baduga Malik al-Hind juga hadir sebagai penyambung the missing link antara agama abrahamik Timur Tengah yang teosentris dengan agama masyarakat Timur Jauh (Nusantara) yang antroposentris?

Kata Qannuh juga perlu kita telusuri ke dalam kitab Mu'jam al-Buldan dan yang lainnya. Tampaknya semua informasi terkait akan mengarah pada wilayah yang dilalui oleh garis katulistiwa. Bukankah itu wilayah Nusantara kita?

Tidak kalah menarik adalah komentar Ibn al-Atsir yang mengatakan sebenarnya nama ini tidak mau ia cantumkan dalam karyanya ini. Tapi karena nama ini muncul dalam perbincangan para ulama sebelumnya, akhirnya ia terpaksa menyebut dengan komentar seperti di atas.

Kata-kata Ibnu al-Atsir ini menunjukkan ashobiyah (sebagian) bangsa Arab yang ingin memonopoli dan menutup-nutupi peran bangsa lain dalam hal beragama. Karena dalam riwayat lain yang tidak ia sebut menunjukkan peran besar Malik al-Hind dalam membantu tersiarnya ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia. 

Sekarang kita coba lihat informasi tentang Sri Baduga dalam kitab Lisan al-Mizan karya Ibnu Hajar al-'Asqalani, biografi no.3359:

سرباتك الهندي

“Abu Musa al-Madini menyebutnya dalam kitab Dzail Ma'rifah al-Shahabah, melalui jalur Bisyr bin Ahmad al-Isfaraini, temannya Yahya bin Yahya al-Nisaburi, bahwa Bisyr berkata: Aku mendengar Makki bin Ahmad al-Bardza'i berkata: Aku mendengar Ishaq bin Ibrahim al-Thusi, saat itu berumur 97 tahun, ia berkata: Aku Melihat Sri Baduga Malik al-Hind. Aku bertanya: Berapa umurmu? Ia menjawab: 925 tahun. Ia menyebut bahwa Nabi telah mengutus Hudzaifah bin Yaman,  Usamah bin Zaid, Safinah, Shuhaib, Abu Musa al-Asy'ari untuk mengajaknya masuk islam. Ia pun masuk islam dan menerima surat Nabi. 

Di dalam kitab al-Tajrid, al-Dzahabi berkata: ini jelas dusta. Karena itu ia tidak menyebut dalam kitabnya, Al-Mizan (maksudnya Mizan al-I'tidal). Adapun Ibn al-Atsir dalam Usd al-Ghabah berkata: Ibnu Mandah lebih memilih tidak menyebutnya. Aku (al-Asqalani-red) berkata: Tidak. Bahkan yang menyebutnya dan menyingkap jati dirinya, lebih baik otoritasnya daripada yang menafikannya karena mungkin belum mengetahuinya. Juga lebih baik daripada yang menyebutnya tapi tidak meneliti urusannya karena menganggapnya sebagai kebenaran yang telah diterima secara 'taken for granted.' 

Nama ini juga disebut melalui jalur lain. Disebutkan oleh Abu Hamid Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim bin Khalil al-Baghawi. Mengabarkan kepada kami,  Umar bin Ahmad bin Muhammad bin Umar bin Hafsh al-Nisaburi. Mengabarkan kepada kami, Abu al-qasim Abdullah bin al-husain bin Baluweh bin Bakr bin Ibrahim bin Muhammad bin Farkhan al-Shufi, ia berkata: Aku mendengar Abu Said Mudzafar bin Asad al-Hanafi al-Mutathabbib berkata: Aku mendengar Sri Baduga al-Hindi berkata:

Aku melihat Muhammad Saw di Makkah dua kali dan di Madinah satu kali. Aku menemuinya sebagai utusan dari Raja Habasyah. Saat itu aku berumur 460 tahun. Postur tubuhnya ideal. Tidak terlalu tinggi. Tidak juga pendek. Diantara semua orang di masanya, Wajahnya yg paling Bagus.

Kemudian Mudzafar berkata: Sri Baduga meninggal 336 H, dalam umur 894 tahun. Aku berkata: Bila umur saat kedatangannya ke Madinah nol hijriah ditambahkan pada tahun wafatnya, terlihat Mudzaffar bin Asad sangat berlebih-lebihan. Tampakn nyata kontradiksi umurnya. Karena bila ukurannya demikian, berarti umurnya 790 sekian tahun saja. Kelebihan satu tahun” 

(Kutipan selesai)

 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement