Jumat 25 Dec 2020 07:00 WIB

Bahaya Terorisme Sayap Kanan dan Teror Atas Nama Islam

Terorisme sayap kanan Barat dan teroris atas nama Islam sama-sama bahaya

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Terorisme sayap kanan Barat dan teroris atas nama Islam sama-sama bahaya Gerakan ISIS (ilustrasi)
Foto:

Institute for Economics & Peace yang berbasis di Sydney, Australia mengumpulkan laporan GTI tahunan berdasarkan data dari Global Terrorism Database (GTD) dan sumber lainnya. GTD mencakup lebih dari 170 ribu insiden teroris dari 1970-2019.

Laporan GTI menemukan bahwa di antara 13.826 kematian terkait terorisme tahun lalu, kelompok sayap kanan termasuk supremasi kulit putih dan neo-Nazi, yang menewaskan 89 orang. Satu serangan pria bersenjata di dua masjid di Selandia Baru menyebabkan 51 kematian itu.

Selain itu, orang-orang yang tidak terafiliasi adalah pelaku utama serangan ekstremis sayap kanan, bukan kelompok teroris yang cenderung lebih mematikan dan lebih terorganisir. 

Hampir 60 persen serangan teroris sayap kanan sejak 1970 dilakukan  orang-orang yang tidak berafiliasi dengan organisasi atau jaringan mana pun, sedangkan lebih dari 90 perse serangan Islam melibatkan penyerang yang berafiliasi atau bagian dari organisasi teroris formal.

Ketidaksesuaian ini menimbulkan implikasi penting untuk menilai kematian dan ancaman keseluruhan dari para aktor teroris yang didorong oleh ideologi yang beragam. Serangan teroris di Barat juga merupakan sebagian kecil (0,51 persen) dari total serangan yang tercatat di seluruh dunia.

Laporan GTI menemukan bahwa 96 persen kematian terkait teroris tahun lalu terjadi di negara bagian yang mengalami konflik bersenjata, yang terutama terjadi di luar Barat. 

Kampanye kekerasan yang dipimpin Islamis adalah pendorong utama serangan teroris global, yang mengancam sebagian besar masyarakat Muslim di seluruh dunia dari Asia, di negara-negara seperti Afghanistan, Filipina, dan India hingga Afrika, di tempat-tempat seperti Nigeria, Somalia, Mesir, dan Mozambik.

Penemuan ini memperkuat kesimpulan dari studi lain baru-baru ini yang menunjukkan bahwa organisasi teroris agama, terutama kelompok Islam, jauh lebih mungkin dibandingkan kelompok lain yang bermotivasi ideologis untuk meluncurkan dan melawan pemberontakan yang berkelanjutan.

Sementara kelompok agama tidak mungkin mencapai tujuan akhir mereka, seperti mengalahkan negara dalam konflik bersenjata atau mendirikan kekhalifahan global, banyak penelitian ilmiah menunjukkan bahwa organisasi Islam berada di belakang lebih banyak serangan teroris dan korban di seluruh dunia daripada jenis kelompok bersenjata lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement