REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Direktur Eksekutif The Investigative Project on Terrorism, Steven Emerson, menulis sebuah artikel tentang ekstremisme Islam yang dimuat di laman Newsmax, Senin (21/12). Emerson juga merupakan koresponden untuk CNN dan editor senior di US News.
Emerson mengungkapkan bahwa ekstremisme Islamis tetap menjadi bentuk terorisme paling mengancam di seluruh dunia sejauh ini, menurut laporan Indeks Terorisme Global (GTI) 2020 terbaru.
Di antara 20 negara teratas yang paling rentan terhadap terorisme, 19 di antaranya sebagian besar menjadi sasaran para aktor Islam bersenjata.
Empat organisasi teroris paling mematikan yang diidentifikasi dalam penelitian tersebut adalah Taliban, Boko Haram, ISIS, dan kelompok al-Shabaab yang berafiliasi dengan Alqaeda yang berbasis di Somalia. Organisasi-organisasi Islam ini berada di balik lebih dari setengah dari total kematian yang tercatat pada 2019.
Beberapa media, bagaimanapun, memilih untuk melaporkan studi GTI dengan menyoroti tren peningkatan aktivitas teroris sayap kanan di Barat. Namun melihat lebih dekat pada data GTI itu sendiri menawarkan cerita yang lebih akurat.
Meskipun insiden teroris sayap kanan meningkat, serangan teroris atas nama Islam di Barat rata-rata jauh lebih mematikan. Sejak 2002, serangan ekstremis sayap kanan telah menyebabkan 0,86 kematian per insiden, sedangkan kelompok Islam membunuh 4,49 orang per serangan.
Penemuan studi tersebut membuat penulisnya menyatakan bahwa "bentuk terorisme paling mematikan di Barat selama dua dekade terakhir adalah terorisme agama, yang hampir secara eksklusif mengambil bentuk terorisme Islam radikal."