REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Para pemimpin G20 menggelar pertemuan melalui konferensi video karena pandemi, di bawah kepemimpinan Arab Saudi pada Sabtu (21/11). Dalam sambutannya, Raja Salman mengatakan para pemimpin G20 harus bekerja menuju akses yang adil dan terjangkau untuk vaksin Covid-19.
“Meskipun kami optimis dengan kemajuan yang dicapai dalam pengembangan vaksin, alat terapeutik dan diagnostik untuk Covid-19, kami harus bekerja untuk menciptakan kondisi akses yang terjangkau dan setara ke alat-alat ini untuk semua orang,” kata Raja Salman dilansir dari Arab News, Senin (23/11).
Raja Salman berujar, pandemi Covid-19 membuat rakyat menderita dan ekonomi di semua negara mengalami guncangan hebat. Kendati demikian, Raja Salman berharap para pemimpin G20 dapat melakukan yang terbaik untuk mengatasi krisis ini melalui kerja sama internasional.
Raja Salman mencatat bahwa 20 ekonomi global terbesar sejauh ini telah menyumbang 21 miliar dolar AS (Rp 297 triliun) untuk menghadapi Covid-19 dan mengambil tindakan luar biasa untuk mendukung ekonomi kita dengan menyuntikkan lebih dari 11 triliun dolar AS (Rp 155,8 triliun) untuk mendukung individu dan bisnis.
"Negara G20 harus memberikan dukungan kepada negara berkembang untuk menjaga kemajuan pembangunan," kata raja.
Peran perempuan dan pemuda dalam masyarakat dan pasar tenaga kerja harus diperkuat. Negara-negara G20 harus memimpin komunitas internasional dalam melestarikan dan melindungi lingkungan, memerangi degradasi lahan, dan melestarikan terumbu karang.
Raja Salman menambahkan, negara-negara G20 telah mengadopsi Riyadh Initiative on the Future of the WTO yang bertujuan agar sistem perdagangan multilateral lebih mampu menghadapi tantangan apa pun.
"Ekonomi dan perbatasan harus dibuka kembali untuk memfasilitasi pergerakan perdagangan dan (lalulintas) orang," kata raja.
Terkait dengan Covid-19, para pemimpin G20 khawatir, bahwa pandemi akan semakin memperdalam perpecahan global antara yang kaya dan miskin. Untuk melakukan itu, UE mendesak para pemimpin G20 untuk segera menyumbangkan lebih banyak uang ke dalam proyek global untuk vaksin, tes, dan terapi yang disebut Access to COVID-19 Tools (ACT) Accelerator.
“Pada KTT G20 saya meminta 4,5 miliar dolar untuk diinvestasikan di ACT Accelerator pada akhir 2020, untuk pengadaan dan pengiriman tes COVID-19, perawatan dan vaksin,” kata kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen di Twitter.
“Kami perlu menunjukkan solidaritas global," tanbahnya.
Presiden Rusia Vladimir Putin menawarkan untuk memberikan vaksin virus korona Sputnik V Rusia ke negara lain dan mengatakan Moskow juga sedang mempersiapkan vaksin kedua dan ketiga. Sedangkan China, sebagai tempat pandemi itu bermula setahun lalu, juga menawarkan kerja sama dalam vaksin.
“China bersedia memperkuat kerja sama dengan negara lain dalam penelitian dan pengembangan, produksi, dan distribusi vaksin,” kata Xi pada KTT G20.
“Kami akan menawarkan bantuan dan dukungan kepada negara berkembang lainnya, dan bekerja keras untuk membuat vaksin menjadi barang publik yang dapat digunakan dan dibeli oleh warga dari semua negara,” katanya.