REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz dan Kanselir Jerman Angela Merkel melakukan percakapan telepon membahas ekstremisme dan terorisme. Arab Saudi dan Jerman sepakat perlunya menghadapi semua bentuk ekstremisme dan terorisme, sebagaimana dilansir di Arab News, Selasa (10/11).
Selama percakapan telepon itu, Raja Salman menegaskan kecaman keras Kerajaan atas serangan teroris yang telah dilakukan baru-baru ini di Prancis dan Austria. Akibat serangan ini tiga orang tewas dalam serangan pisau di sebuah gereja di kota Nice, Prancis selatan pada 29 Oktober.
Sementara di ibu kota Austria, Wina, orang-orang bersenjata melancarkan serangan di beberapa lokasi di seluruh kota, termasuk di dekat sinagoga. Serangan ini menewaskan sedikitnya empat orang.
Raja Salman juga menekankan posisi Kerajaan, yang mengecam keras kartun Nabi Muhammad. Dia mengingatkan, kebebasan berekspresi harus tetap menjaga rasa hormat di antara masyarakat.
"Kebebasan berekspresi adalah nilai moral penting yang mempromosikan rasa hormat dan hidup berdampingan di antara masyarakat, bukan alat untuk menyebarkan kebencian dan membenturkan budaya dan peradaban," katanya.
Raja Salman juga mengatakan pentingnya mempromosikan pemulihan hubungan antara pengikut agama dan peradaban, serta menyebarkan nilai-nilai toleransi dan moderasi, dan menolak semua bentuk praktik yang menimbulkan kebencian, kekerasan, dan ekstremisme.
Dalam panggilan telepon tersebut, kedua belah pihak juga membahas hubungan bilateral dan cara-cara untuk meningkatkannya di berbagai bidang, di samping upaya yang dilakukan untuk mempersiapkan KTT G20 tahunan mendatang. Arab Saudi menjadi presiden G20 pada 1 Desember 2019 dan akan menjadi tuan rumah G20 ke-15 di ibu kota Riyadh pada 21 dan 22 November nanti.