Selasa 10 Nov 2020 06:50 WIB

Cerita Cucu Nelson Mandela Mualaf dan Ditolak Sukunya

Mandla aktif menyuarakan dukungan untuk Palestina.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Cerita Cucu Nelson Mandela Mualaf dan Ditolak Sukunya. Mandla Mandela, cucu tokoh revolusioner Afrika Selatan Nelson Mandela. Dia memeluk Islam pada 2015.
Foto:

Namun, Islamnya Mandla kemudian memicu protes dari Kongres Pemimpin Tradisional Afrika Selatan (Contralesa) yang tidak senang dengan hal itu. Contralesa meminta Mandla untuk mundur dari jabatannya sebagai kepala suku Xhosa karena telah memeluk keyakinan baru. Mandla disebut tidak bisa memimpin sukunya dengan agama baru yang baru saja dipilih.

"Kami sangat terkejut atas berita mualafnya. Kami juga sangat prihatin. Apa yang kami tahu adalah bahwa wanita yang bertobat, bukan pria. Itu kebiasaan kami," kata Juru bicara Contralesa, Mwelo Nonkonyane.

Contralesa menyampaikan, posisi Mandla sebagai Muslim dapat mempengaruhi kemampuannya menegakkan tradisi Xhosa. Nonkonyane mengatakan agama yang baru dipeluk Mandla bisa menimbulkan konflik bagi rakyatnya.

"Tidak ada yang salah dengan seorang pemimpin tradisional mengikuti keyakinan yang dia pilih, tetapi kami prihatin apakah dia akan dapat terus menjalankan tanggung jawabnya sebagai kepala suku," kata Nonkonyane.

Tugas kepala adat salah satunya adalah memimpin ritual ucapan syukur untuk leluhur, termasuk mempersembahkan hewan yang disembelih kepada mereka dalam doa. Praktik semacam itu dianggap tidak sejalan dengan kepercayaan banyak Muslim.

Nonkonyane menyebut apa yang dilakukan Mandla bertentangan dengan tradisi bahwa pria mengambil alih budaya istrinya. "Menurut tradisi Afrika, perempuanlah yang harus menjadi bagian dari keluarga yang akan dinikahinya (pihak pria). Ketika dia menerima lamaran Mandla, harapannya adalah agar dia mengadopsi cara-cara rakyatnya," katanya.

Terlepas dari seluruh polemik itu, Mandla kini seorang Muslim yang berjuang melawan ketidakadilan dan penindasan di belahan dunia lain. Tak heran, Mandla aktif menyuarakan dukungan untuk Palestina dan mengecam Israel karena telah berperilaku rasialis.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Address by Nkosi ZMD Mandela, MP at the India for Palestine Solidarity Forum on Sunday 22nd August 2020 at 13:30 I greet you all with the universal greetings of peace, justice and solidarity with all the oppressed and suffering nations of the world. Allow me to extend a special word of appreciation to the Secretary General of the India for Palestine Solidarity Forum and its membership as well as the entire Indian Nation. We bring you greetings from the second home of the great revolutionary leader Mahatma Gandhi and all the people of South Africa who hold his life, legacy and memory dear. He will always have a special place in our hearts and our minds. His wisdom was a guiding spirit that motivated us in our struggle for liberation and freedom. It gives me great pleasure to join this International Webinar today as we join together in solidarity to call for an end to Israeli occupation of Palestinian land. I am proud of your response to join together as we rally the oppressed of the world and all who love and cherish the ideal of justice, freedom and human rights for all. I salute you for your brave and courageous stand in solidarity with the Palestinian people because it took the British 100 years to occupy all of India and they ruled for nearly another hundred years until your Independence on the 15th August 1947. You have not forgotten your own history and the pain, suffering and humiliation that you had to endure under British occupation. This must always be a reminder that guides you and motivates you to continue seeking to identify with the Palestinians and stand in solidarity with them and all other oppressed nations of the world. I want to state unequivocally that when we were in our darkest moments facing the brutal Apartheid regime in South Africa the people of India stood resolutely by our side in the Non Aligned Movement and the Global Anti Apartheid Movement demanding that Western Powers especially the USA and UK stop its support for Apartheid and its crimes against humanity. You demanded as all freedom loving people of the world did that the repressive Apartheid state in South Africa must be isolated and boycotted.

A post shared by Nkosi Zwelivelile 🕋 (@nkosizwelivelile) on

 

Mandla menilai, apa yang dialami rakyat Palestina selama berpuluh-puluh tahun merupakan contoh pelembagaan rasialisme. Selain rasialisme, juga terjadi pengendalian sistematis terhadap kehidupan Palestina, pencurian tanaman, pembatasan kehidupan pertanian, dan pencaplokan tanah secara ilegal. Karena itu, Mandla tidak henti-hentinya mengampanyekan boikot, divestasi dan sanksi (BDS) untuk Israel.

Mandla melihat ada dukungan masyarakat sipil yang besar untuk Palestina. Pesan yang selalu dia kampanyekan adalah "Apartheid adalah kejahatan terhadap kemanusiaan". Menurutnya, diperlukan langkah yang lebih efektif untuk memboikot perusahaan yang mengizinkan, berkolaborasi dan mendapatkan keuntungan dari apartheid.

Namun, dia juga mengingatkan, mereka yang tertindas tidak akan bisa lepas dari jeratan penindasan jika tidak bersatu. Persatuan bangsa-bangsa yang tertindas itu dimulai dengan adanya persatuan bangsa-bangsa Palestina sendiri.

 

"Maka persatuan dari mereka yang tertindas sangat penting," kata Mandla merujuk pada gerakan anti-apartheid di Afrika Selatan waktu silam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement