REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Palestina pada Selasa (22/9) melepaskan haknya mengambil kursi kepresidenan bergilir Liga Arab. Hal ini dilaukan sebagai protes atas kesepakatan baru-baru ini untuk menormalisasi hubungan antara Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain dan Israel.
"Keputusan ini diambil setelah Sekretariat Liga Arab mengambil posisi pendukung ke UEA dan Bahrain, yang menormalisasi hubungan mereka dengan Israel yang melanggar Prakarsa Perdamaian Arab," kata Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al-Maliki mengatakan pada konferensi pers di Ramallah, dilansir dari laman Yenisafak pada Rabu (23/9).
"Beberapa negara Arab yang berpengaruh menolak untuk mengutuk pelanggaran prakarsa Perdamaian Arab," kata dia.
Namun, Al-Maliki menegaskan bahwa Palestina tidak akan mundur dari Liga Arab.
Pada 9 September, badan ini gagal mengeluarkan resolusi yang mengutuk langkah Abu Dhabi dan Manama untuk menormalisasi hubungan mereka dengan Israel.
Pada 15 September, UEA dan Bahrain menandatangani perjanjian yang disponsori Amerika Serikat (AS) untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, di tengah kecaman keras dari Palestina.