REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah mengubah ikon Istanbul Hagia Sophia dan Museum Chora menjadi masjid, pemerintah Turki sekarang meluncurkan program yang berkaitan dengan 435 gereja dan sinagog yang terletak di negara itu.
Presiden Recep Tayyip Erdoğan menginstruksikan para eksekutifnya untuk menyiapkan buklet publisitas yang menggambarkan gereja dan sinagog di negara tersebut. Instruksi itu datang selama pertemuan Dewan Eksekutif Pusat (MYK) baru-baru ini, Justice and Development (AKP), seperti dilansir harian Hürriyet pada 28 Agustus lalu.
Booklet publisitas tersebut selanjutnya akan diberikan kepada perwakilan perwakilan luar negeri, pengurus AKP, wali kota dan kepala AKP provinsi. Buklet tersebut akan menjelaskan upaya pemerintah dalam merenovasi berbagai gereja di negara tersebut, seperti Biara Sumela dan Gereja Akdamar.
“Hagia Sophia tidak hanya terbuka untuk Muslim, tapi semua orang. Di Hatay, masjid dan gereja saling berdampingan. Tempat-tempat ini masih terbuka untuk beribadah. Kami menghormati ibadah dan keyakinan agama warga non-Muslim kami sampai akhir. Kami memberikan contoh tentang masalah ini di dunia. Biara Sumela sekarang telah dibuka [setelah renovasi] dan ritual telah dimulai, ”kata wakil ketua AKP Cevdet Yılmaz kepada harian Hürriyet.
“Kasus yang berkaitan dengan Chora mirip dengan Hagia Sophia. Keputusan yang diberikan tidak berarti bahwa tempat-tempat ini akan ditutup untuk kunjungan, ”kata Ylmaz.
Yılmaz mengatakan bahwa Turki saat ini memiliki 435 gereja dan sinagog untuk 180.854 umat Kristen dan sekitar 20.000 warga Yahudi.
Hanya beberapa minggu setelah museum Istanbul Hagia Sophia kembali ke status semula sebagai masjid, Museum Chora mengikuti. Sebelumnya pada bulan Agustus, Istana Kepresidenan mengumumkan bahwa Museum Chora akan segera dibuka untuk beribadah kaum Muslim. Penguasaan gedung sudah diserahkan ke Direktorat Agama Turki, Diyanet.