Senin 24 Aug 2020 13:36 WIB

Pahlawan tak Dikenal Masa: Peran Ulama dan Santri

Ulama dan santri terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pahlawan tak Dikenal Masa: Peran Ulama dan Santri. Ilustrasi
Foto:

Di tengah berkecamuknya Perang Dunia di barat, dan perak Asia Pasifik di timur. Dalam situasi Belanda adalah musuh Jepang dalam Perang Dunia selain juga harus berhadapan dengan Amerika, China, Inggris dan Australia. kebetulan Belanda sedang berbenturan dengan Indonesia, maka Jepang mengambil kesempatan dengan mengadakan kerjasama.

Dari kerjasama inilah akan lahir Tentara Pembela Tanah Air (Peta) dan Majlis ‘Ala Islam Indonesia Sebagai persiapan kekuatan melawan Eropa dalam perang Dunia. Dari kerjasama baik itulah Belanda mengalami kekalahan dan menyerah kepada bala tentara Indonesia dan Dai Nippon 8 Maret 1942 M dan menggulung tikarnya dari bumi pertiwi.

Bukan berarti penjajahan berakhir. Jepang, ketika mengalami kemunduran akibat Perang Dunia, mereka menindas dan mengkhianati Indonesia dengan menjajah penduduk pribumi.

Maka para Ulama mengatasinya dengan mengoptimalkan sistem yang sudah dibangun Jepang, yaitu Tentara Pembela Tanah Air, kemudian lahirlah laskar Hizbullah. Dengan persatuan dan kesatuan umat Islam sehingga dapat mengalahkan Jepang, di samping hancurnya Hiroshima dan Nagasaki akibat perang dunia II, maka lahirlah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Dari sini kita belajar, bahwa para Ulama selalu berkiprah sesuai dengan tantangan zamannya. Mereka tidak hanya memahami permasalahan agama, melainkan juga permasalahan duniawi dan keilmuan umum, terutama sejarah. Sehingga bisa membangun peradaban gemilang.

Suatu generasi bangsa yang buta akan sejarah pendahulunya, maka tunggulah kehancuranya di masa depan. Sebagaimana Bung Karno berkata : “Berapa banyak Ulama memahami hadits, Qur’an dan fiqh, namun kurang memahami sejarah, sekalipun tahu, hanya tahu debu sejarahnya bukan api sejarahnya. Kesempatan inilah diambil Belanda guna mengabadikan penjajahanya.”

75 Tahun sudah kita merdeka, merdeka dari penjajah dhohir bukan penjajahan bathin, mental, jiwa. Sebab pada prakteknya politik Etis masih di terapkan pada kurikulum pendidikan bangsa, meski sekarang kita bisa mengenyam pendidikan, namun pendidikan yang dirancang untuk menjadikan anak bangsa pegawai buruh di perusahaan asing sehabis lulus, baik itu lulusan SMA ataupun Sarjana. Kita bisa lihat fakta kenyataan hidup sekarang.

Begitupun dengan politik Asosiasi, mengarahkan generasi bangsa agar berpandangan dan menghadap ke arah gaya hidup barat dan menjauhkan dari ajaran Islam. Maupun lewat berbagai fashion, media, bahkan keilmuan di perguruan tinggi.

Begitu juga politik lahan terbuka, dimana kekayaan alam diolah bangsa asing, masih dikuasai bangsa kapitalis. Indonesia punya kita, tanah air kita. Kita yang punya rumah namun kita diperbudakan oleh tamu yang tak pernah diundang. Jelas ini membutuhkan waktu dan perjuangan keras dari setiap individu generasi bangsa untuk memerdekan bangsa kita seutuhnya.

Wa Allahu ‘alam

Selamat Hari Merdeka, 17 Agustus 1945.

Mari siapkan mulai hari ini untuk Indonesia masa depan lebih baik lagi…

 

Tiyar Firdaus, PCIM Yaman, Imam Syafii College

https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/08/18/pahlawan-tak-dikenal-masa/

 

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement