Ahad 12 Jul 2020 19:11 WIB

Dewan Gereja Dunia Minta Erdogan Kembalikan Hagia Sophia

Dewan Gereja Dunia mengatakan mewakili lebih dari 500 juta suara orang Kristen.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Dewan Gereja Dunia Minta Erdogan Kembalikan Hagia Sophia. Seorang lelaki berdoa di depan Museum Hagia Sophia di Istanbul, Turki, 10 Juli 2020. Pengadilan administrasi tertinggi Turki pada 10 Juli 2020 memutuskan bahwa museum yang dulunya sebuah masjid yang dibangun di katedral dapat diubah menjadi masjid lagi dengan menganilasinya. status sebagai museum.
Foto:

Kasus ini diputuskan oleh Dewan Negara, badan administrasi tertinggi Turki, menyusul petisi dari sebuah LSM Asosiasi untuk Perlindungan Monumen Bersejarah dan Lingkungan. Dikatakan bangunan itu milik pribadi Ottoman Sultan Mehmed yang bertanggung jawab mengubah gereja menjadi masjid. Masalah ini menyoroti pertikaian antara mereka yang ingin Turki tetap sekuler, dan basis agama konservatif Presiden Erdogan.

Dia membela keputusannya, Jumat (10/7) lalu dengan menekankan negara tersebut telah menggunakan hak kedaulatannya dalam mengubah bangunan kembali menjadi masjid. Doa perdana bagi Muslim akan diadakan pada 24 Juli nanti. 

"Seperti semua masjid kami, pintu Hagia Sophia akan terbuka lebar untuk penduduk lokal dan asing, Muslim dan non-Muslim," kata Erdogan. 

Di sisi lain, saat ini Turki memiliki 435 gereja dan sinagoge yang terbuka untuk beribadah.  Sementara beberapa bangunan yang dibangun nenek moyang mereka di Eropa Timur dan Balkan berdiri hingga hari ini. 

Apa reaksi lain? 

UNESCO menyatakan penyesalan mendalam atas langkah tersebut dan menyerukan agar Turki membuka dialog tanpa penundaan. Kepala Gereja Ortodoks Timur telah mengecam langkah itu. Yunani, rumah bagi jutaan pengikut Ortodoks, menyebutnya sebagai provokasi terbuka bagi dunia beradab. 

Gereja di Rusia, rumah bagi komunitas Kristen Ortodoks terbesar di dunia, segera menyatakan penyesalannya pengadilan Turki tidak mempertimbangkannya ketika memerintah Hagia Sophia. Dan penulis Turki paling terkenal, Orhan Pamuk, mengatakan kepada BBC ada jutaan orang Turki sekuler sepertinya yang menangis menentang hal tersebut tetapi suara mereka tidak didengar. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement