Kasus ini diputuskan oleh Dewan Negara, badan administrasi tertinggi Turki, menyusul petisi dari sebuah LSM Asosiasi untuk Perlindungan Monumen Bersejarah dan Lingkungan. Dikatakan bangunan itu milik pribadi Ottoman Sultan Mehmed yang bertanggung jawab mengubah gereja menjadi masjid. Masalah ini menyoroti pertikaian antara mereka yang ingin Turki tetap sekuler, dan basis agama konservatif Presiden Erdogan.
Dia membela keputusannya, Jumat (10/7) lalu dengan menekankan negara tersebut telah menggunakan hak kedaulatannya dalam mengubah bangunan kembali menjadi masjid. Doa perdana bagi Muslim akan diadakan pada 24 Juli nanti.
"Seperti semua masjid kami, pintu Hagia Sophia akan terbuka lebar untuk penduduk lokal dan asing, Muslim dan non-Muslim," kata Erdogan.
Di sisi lain, saat ini Turki memiliki 435 gereja dan sinagoge yang terbuka untuk beribadah. Sementara beberapa bangunan yang dibangun nenek moyang mereka di Eropa Timur dan Balkan berdiri hingga hari ini.
Apa reaksi lain?
UNESCO menyatakan penyesalan mendalam atas langkah tersebut dan menyerukan agar Turki membuka dialog tanpa penundaan. Kepala Gereja Ortodoks Timur telah mengecam langkah itu. Yunani, rumah bagi jutaan pengikut Ortodoks, menyebutnya sebagai provokasi terbuka bagi dunia beradab.
Gereja di Rusia, rumah bagi komunitas Kristen Ortodoks terbesar di dunia, segera menyatakan penyesalannya pengadilan Turki tidak mempertimbangkannya ketika memerintah Hagia Sophia. Dan penulis Turki paling terkenal, Orhan Pamuk, mengatakan kepada BBC ada jutaan orang Turki sekuler sepertinya yang menangis menentang hal tersebut tetapi suara mereka tidak didengar.