REPUBLIKA.CO.ID, BERN -- Perusahaan perabot rumah tangga asal Swedia, IKEA membela salah satu pegawainya yang dilecehkan karena berhijab. Dalam sebuah kritik melalui Google Reviews, seorang pelanggan perempuan mengatakan menyesalkan adanya seorang kasir Muslim yang mengenakan jilbab di salah satu toko perusahaan itu di Aubonne, Swiss.
“Saya tidak akan pernah menginjakkan kaki di sana lagi,” tulis pelanggan di Aubonne tersebut melalui Google Reviews, dilansir di 5 Pillars UK, Jumat (7/2).
Hanya beberapa saat setelah tulisan itu tayang, IKEA membalas komentar yang bernada melecehkan tersebut dengan mengatakan perusahaan memiliki nilai yang menghormati semua orang. IKEA juga meminta agar pelanggan itu bijak dengan tidak menilai seseorang melalui pakaiannya.
“Perusahaan kami memiliki nilai yang jelas: menghormati semua orang, terlepas dari asal, orientasi seksual, atau agama mereka. Sebelum menilai seseorang dengan pakaiannya, Anda harus mengenalnya. Kami tidak akan meratapi kenyataan Anda tidak akan lagi menginjakkan kaki di toko kami dengan pendapat seperti itu,” tulis IKEA dalam balasan di Google Reviews.
Pernyataan IKEA kemudian disambut positif oleh banyak orang. Tak sedikit yang ikut menulis kata-kata terima kasih karena perusahaan itu membela pegawainya yang Muslim. Mereka juga menilai IKEA dapat menunjukkan sikap toleransi dengan baik.
"Anda telah menunjukkan kepada kami toleransi dan keterbukaan. Tentu saja perempuan itu tidak akan lagi menginjakkan kaki di toko Anda, tetapi ketahuilah ratusan orang lainnya akan senang menjadi pelanggan baru Anda, dan saya yang pertama. Kalau saja semua perusahaan seperti IKEA, dunia akan sangat indah. Salut dan bravo IKEA,” tulis seorang pengguna Google Reviews.
Pengguna lainnya menambahkan ia memberikan bintang lima untuk respons IKEA yang masuk akal dan penuh dengan semangat toleransi. Menurutnya, jika seseorang merasa terganggu karena melihat perempuan mengenakan jilbab, maka para Muslim khususnya perempuan berhijab itu pun pasti sangat tidak ingin berurusan dengan kebencian semacam itu.
“Anda mewakili saya tentang keterbukaan dan citra yang harus diproyeksikan oleh perusahaan. Di banyak negara ada campuran budaya dan agama, dan yang begitu banyak dalam norma sehingga pertanyaannya bahkan tidak muncul lagi. Dan saya senang mulai melihatnya di Swiss,” ujar pengguna lainnya menanggapi komentar IKEA.
Insiden pelecehan pegawai Muslim di IKEA terjadi di tengah perdebatan masyarakat Swiss mengenai larangan penggunaan penutup wajah, termasuk niqab yang dikenakan oleh Muslimah. Pada 2018, pemerintah menentang kampanye untuk larangan itu dengan mengatakan 26 kantor di dalam negeri harus memutuskan masalah ini secara mandiri.
Sejauh ini, ada dua kantor di Swiss yang membuat larangan, yaitu St. Gallen dan Ticino. Di sana penggunaan burqa dan segala jenis penutup wajah dilarang di tempat umum.