REPUBLIKA.CO.ID, LILONGWE -- Asosiasi Muslim di Malawi (MAM) di Malawi, negara di Afrika Timur, mendukung komunitas di Mangochi, kota kecil di wilayah selatan Malawi, dalam perselisihan tentang penggunaan hijab. Asosiasi ini mengatakan, bahwa Muslim di Mangochi dibenarkan untuk menuntut agar putri-putri mereka bisa pergi ke sekolah dengan mengenakan jilbab (penutup kepala bagi Muslimah).
Pernyataan ini dikeluarkan menyusul perselisihan yang telah menjadi kekerasan antara gereja Anglikan dan komunitas Muslim di sekolah-sekolah Mmanga di Mangochi terkait jilbab.
Juru bicara MAM, Sheikh Dinala Chabulika, mengatakan pihak manajemen Anglikan telah bertindak keliru untuk melarang pelajar Muslim mengenakan jilbab di sekolah. Menurutnya, hal itu adalah bentuk intoleransi agama. Ia lantas mengatakan bahwa Menteri Pendidikan perlu untuk mengintervensi permasalahan ini.
"Kami juga berharap kebuntuan ini berakhir. Bagaimanapun, kami bertanya-tanya mengapa hanya hal ini menjadi kasus di Mmanga. Ini harus diselesaikan oleh semua pemangku kepentingan yang diperlukan demi toleransi dan kedamaian," kata Chabulika, dilansir di Nyasatimes, Kamis (7/11).
Sementara itu, humas Komite Urusan Publik Father Peter Mulomole mengatakan, organisasinya siap untuk memediasi permasalahan tersebut. Ia mengatakan, ada kebutuhan mendesak akan adanya dialog antara pihak-pihak yang bertikai.
Di sini, komunitas Muslim menuntut semua otoritas sekolah harus menghargai Konstitusi. Dengan demikian, siswi Muslim diizinkan untuk mengenakan jilbab atau pakaian secara Islami di kelas atau di sekitar sekolah.