Ahad 20 Oct 2019 04:33 WIB

Soal Ta'wil Tuhan: Dari Kitab Targum hingga Shahih Bukhari

Kesinambungan Kitab Targum hingga Shahih BukhariTRADISI TA'WIL

Kitab Sahih Bukhari
Foto:
Posisi Mulkahu dalam sahih Bukhari

Bagaimanakah TUHAN yang tak bisa dibayangkan wujud-Nya itu tangan-Nya digambarkan secara bahasa? Apakah tangan TUHAN itu seperti tangan manusia? Apakah tangan-Nya itu seperti tangan Semar atau Petruk, kedua tokoh sentral dalam dunia pewayangan? Mahasuci Dia dari sifat-sifat keterbatasan makhluk-Nya seperti itu.

Itulah sebabnya, demi menghindari pemahaman tajsim (antropomorfisme) yang dinisbatkan kepada TUHAN, maka istilah Ibrani ידי (tangan-Ku) dialihkan maknanya dalam pola ta'wil. Targum Yonathan, teks yang ditulis pada Abad ke-2 M. dalam bahasa Aram disebutkan demikian:

אף במימרי שכלילית ארעא

"Af be Memri shechleylit ar'a ....."
("Dengan Firman-Ku, Aku telah meletakkan dasar bumi .....").

Dengan demikian, teks Ibrani yang tertulis ידי ("tangan-Ku") dita'wil menjadi מימרי ("Firman-Ku") demi menghindari pemahaman tajsim. Artinya, term Ibrani יד (yad) dialihkan maknanya menjadi מימרא (Memra) dalam bahasa Aram. Sementara itu, Sefer Shemot 16:3 teks Ibraninya juga tertulis demikian:

ויאמרו אלהם בני ישראל מי יתן מותנו ביד יהוה בארץ מצרים

"Dan berkatalah bani Israel itu kepada mereka, "Tentulah kami semestinya telah mati oleh יד יהוה - yad ADONAI ("tangan TUHAN") di tanah Mesir ..."

Namun, dalam Targum Yonathan teks tersebut tertulis:

ואמרו בני ישראל לוי דמיתנא קדם יי בארעא דמצרים

Wa amaru lehon b'nei Yisrael lewei de Mitna qadam ADONAI be ar'a de Mitzrayim ...." 
("Dan bani Israel berkata kepada mereka: "Seandainya saja kami telah mati oleh דמיתנה קדם יי - de Mitnah qadam ADONAI ("Firman kekal TUHAN") di tanah Mesir ....").

Sefer Shemot 33:22 "........ dan Aku akan menutupkan telapak tangan-Ku ke atasmu sampai Aku telah lewat." Ternyata, dalam Targum Yonathan tertulis: "....... dan Aku menutupi engkau dengan מימרי - Memri (Firman-Ku) sampai Aku telah berlalu."

Istilah "telapak tangan-Ku" dalam teks Torah berbahasa Ibrani tersebut dijelaskan dengan menggunakan pola ta'wil dalam bahasa Aram ketika berbicara mengenai כפי - kaffi ("telapak tangan-Ku"), dan nas tersebut dialihkan maknanya menjadi מימרי (Firman-Ku").

Sementara itu, Rabbi Saadia Gaon (882 - 942 M.) juga menggunakan pola ta'wil yang sama ketika mengutip nas Sefer Shemot 16:3 dan Sefer Shemot 33:2. Dalam Tafsirnya, Rabbi Saadia Gaon menjelaskan:

وقال لهم بنو يسراىل يا ليتنا متنا بامر الله في بلد مصر 
(سفر شموت 16:3)

وظللت بسحابي عليك حتي يجوز اوله 
(سفر شموت 33:2)

Istilah Arab سحابي dan امر الله merupakan istilah-istilah pengganti berdasar pada metode ta'wil yang digunakan oleh Rabbi Saadia Gaon dalam menjelaskan כפי ("telapak tangan-Ku") dan יד יהוה (tangan TUHAN) sebagaimana nas yang termaktub di dalam Torah.

Menariknya, Rabbi Saadia Gaon tidak menggunakan istilah كفي (telapak tangan-Ku) atau pun istilah يد الله (tangan ALLAH) demi menghindari tajsim (antropomorfisme) dalam memahami kedua ayat tersebut. Inilah metode ta'wil yang dilakukan oleh Rabbi Saadia Gaon dalam menjelaskan teks Torah sesuai budaya Semit.

Sementara itu, dalam memahami nas yang termaktub dalam QS. Al-Fath 48:10, maka Ibnu Abbas (salah seorang generasi Shahabah) juga menggunakan metode ta'wil tatkala mengutip ayat yang berkaitan dengan istilah يد الله (tangan ALLAH). Ibnu Abbas menjelaskan istilah tersebut dengan menggunakan metode ta'wil sebagaimana yang termaktub dalam kitab تنوير المقباس من تفسير ابن عباس (Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibnu Abbas), terbitan Beirut: Dar Kutub al-Ilmiyah, 2011), hlm. 543 beliau berkata:

يد الله فوق ايديهم (يد الله) بالثواب والنصرة

Pada penafsiran QS. Al-Maidah 5:64 terkait frase يد الله (tangan ALLAH), kitab Tanwir al-Miqbas (Beirut: Dar Kutub Ilmiyah, 2011), hlm. 127 Ibnu Abbas men-ta'wil ayat tersebut dan berkata:

(يد الله مغلولة) محبوسة عن البسط

Berkaitan dengan tafsir ayat yang termaktub dalam QS. Al-Qashshah 28: 88, Ibnu Abbas dalam tafsirnya تنوير المقباس من تفسير ابن عباس (Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas), terbitan Beirut: Dar Kutub Ilmiyah, 2011), hlm. 416 juga menyebutkan dengan menggunakan metode ta'wil ketika nas tersebut berkaitan dengan wujud-Nya, Ibnu Abbas berkata demikian.

الا وجهه الا ما ابتغى به وجهه ويقال كل وجه متغير الا وجهه وكل ملك زاىل الا ملكه

Bila Ibnu Abbas menyebut الا وجهه (illa wajhahu) dengan mengalihkan makna ta'wil menjadi الا ملكه (illa mulkahu), maka Imam Bukhari juga menyatakan dengan menggunakan metode ta'wil yang sama. Imam Bukhari berkata:

كل شيء هالك الا وجهه الا ملكه

Imam Bukhari (w. 256 H/ 836 M.) ternyata juga menggunakan metode ta'wil dalam memahami kata وجهه - wajhahu ("wajah-Nya") dengan mengalihkan maknanya menjadi ملكه - mulkahu ("kekuasaan-Nya"). Saya telah meneliti beberapa terbitan kitab Shahih Bukhari ternyata ortografi dari kata ملكه menggunakan tanda i'rab yang sama, yang terbaca "mulkahu", dan bukan terbaca "malikahu."

Ada beberapa terbitan kitab Shahih Bukhari yang saya jadikan rujukan.

1. Shahih Bukhari (Kairo, Mesir: Al-Quds, 2014), hlm. 987
2. Shahih Bukhari (Beirut, Lebanon: Dar Kutub Al-'Ilmiyah, 2019), hlm. 882
3. Shahih Bukhari (Beirut, Lebanon: Dar Ibn Hazm, 2009), hlm. 892
4. Shahih Bukhari (Kairo, Mesir: Maktabah Al-Imam Muslim, 2015), hlm. 591
5. Shahih Bukhari (Riyadh, Saudi Arabia: Maktabah Dar Al-Salam, 1999), hlm. 837
6. Shahih Bukhari (Kairo, Mesir: al-Dar al-'Alamiyah, 2015), hlm. 708
7. Shahih Bukhari Syarif Mutarjim. Arab - Urdu by Allamah Wachid Zaman (Lahore, Pakistan), hlm. 959

Bila teks tersebut ortografinya dibaca ملكه ("mulkahu"), artinya teks itu memang sejajar sebagai pengganti dari kata وجهه ("wajhahu"). Itu berarti Imam Bukhari melakukan ta'wil dari kata وجهه (wajhahu), lit. "wajah-Nya" dialihkan maknanya menjadi ملكه (mulkahu), lit. "kekuasaan-Nya." Saya belum menemukan penerbitan teks itu dalam kitab Shahih Bukhari yang terbaca ملكه (malikahu). Apakah Anda bisa mencarikan referensi terbitan kitab Shahih Bukhari yang terbaca "malilahu"? Saya sangat serius mencari referensi tsb., terutama terbitan Saudi Arabia.

Bila di antara para pembaca ada yang menemukan terbitan kitab Shahih Bukhari yang i'rab-nya tertulis ملكه (malikahu), silakan Anda bisa menunjukkan referensi terbitan kitab Shahih Bukhari tersebut, dan saya akan mencoba mencari referensinya. Referensi tersebut amat penting sebagai pembanding, sebab, ada seorang pakar bahasa Arab sekaligus seorang ustad yang menyatakan bahwa jika ortografi/ tulisan ملكه (m-l-k-h) dalam kitab Shahih Bukhari itu dibaca "mulkahu", maka orang tersebut dipastikan tidak mengerti bahasa Arab.

Jadi, ustad tersebut menyatakan bahwa bacaan yang benar adalah "malikahu" dan diterjemahkan "Pemilik Wajah." Silakan Anda menyimak paparannya pada video berikut ini https://youtu.be/o2A48_KaYSI

Berkaitan dengan perbedaan pembacaan ortografi ملكه (m-l-k-h) yang dibaca "malikahu", maka secara aqidah hal ini akan sangat berbahaya. Kalau ortografi teks hadits yang tertulis الا ملكه dibaca "illa malikahu", maka bacaan ini akan mengindikasikan kemusyrikan.

Pembacaan versi "illa malikahu" artinya hanya mengacu pada makna "kecuali Raja-Nya" atau "kecuali Pemilik-Nya" sebab dhamir هو di situ hanya merujuk kepada ALLAH saja. Kalau ALLAH punya Raja lain selain Diri-Nya, itu berarti ALLAH sebagai ciptaan (makhluk) dan bukan sebagai Pencipta (Khalik). Ini secara aqidah sangat bahaya. Bukankah teks Quran yang berbunyi الا وجهه tersebut dhamir هو (huwa) itu merujuk kepada ALLAH saja?

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement