Senin 30 Sep 2019 17:34 WIB

Kitab Akhbar Alshin wa Alhind Sebut Nusantara

Penulis kitab ini membahas khusus tentang Zabaj atau nama nusantara dulu.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Peta Indonesia
Foto: wikipedia
Peta Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kitab Akhbar Alshin wa Alhind, buku ini memuat kisah perjalanan Sulaiman at Tajir ke Cina dan India yang ditulis oleh sejarawan dan ahli geografi Abu Zaid al Hasan bin Yazid as Sirafi dengan tam bahan informasiinfor masi dari ibn Wahab al Qarsyi yang berlayar ke Cina pada tahun 870 M.

Kitab ini dipublikasikan oleh as Sirafi pada tahun 916 M ditulis oleh Abu Zaid Assirofi dengan menggunakan bahasa Arab dan naskah asli kitab ini sekarang terletak di Museum Nasional Paris, Prancis.

Baca Juga

Menurut Dosen dan peneliti muda dari Universitas Indonesia, Bastian Zulyeno, kitab tersebut membahas tentang negeri Zabaj atau yang kini dikenal dengan istilah nusantara. Penulis kitab ini membahas khusus tentang Zabaj atau nama nusantara dulu, itu ada empat lembar.

"Jadi, cuma empat lembar dia membahas tentang nusantara,"ujar Bastian saat diwawancara Republika seusai memberikan kuliah umum di Universitas Indonesia, belum lama ini.

Doktor Sastra Persia dari University of Teheran ini menjelaskan, dalam kitab yang ditulis berabad-abad lalu itu Assirofi menceritakan, kepulauan Zabaj terkenal dengan emasnya serta dipimpin oleh seorang raja yang disebut dengan maharaja. Artinya gelar maharaja itu cuma ada di Zabaj waktu itu. Dia bilang di negeri ini rajanya disebut dengan maharaja, ucapnya.

Menurut Bastian, penulis kitab itu juga mendeskripsikan lokasi negeri Zabaj, yaitu berada di antara India dan Cina. Karena itu, Bastian memperkirakan, kepulauan Zabaj itu ada di Pulau Sumatra. Dia bilang juga kan bahwa Zabaj itu curah hujan tinggi, itu berada di bawah garis katulistiwa. Terus ada gunung berapi, ya itu Sumatra, katanya.

Selain itu, lanjut Bastian, di negeri Zabaj itu juga terdapat sebuah istana yang terdapat sebuah kanal yang airnya berasal dari laut langsung. Jika air laut pasang, air kanal itu naik sampai ke sudut Istana, sehingga istana itu tampak indah.

Sementara itu, maharaja dari Istana itu hampir setiap pagi hari melempar batangan emas bersama bendahara Raja sambil membawa peti dari emas. Kemudian, emas-emas yang menyerupai pulau-pulau itu disimpan oleh bendahara kerajaan di dalam kanal. Setelah maharaja meninggal, pengganti akan menghitung, kemudian emas itu akan dibagikan kepada keturunannya, orangorang istana, dan bahkan diserahkan kepada orang-orang miskin.

Dan, kerajaan ini dikelilingi oleh bambu-bambu dan rotan indah sekali katanya itu. Dan, di kerajaan ini juga banyak ter dapat hasil tumbuh-tumbuhan, seperti pohon Kapur, mangga, palem, dan polong-polongan, jelas Bastian. Namun, menurut Bastian, kitab tersebut tidak menyebutkan tentang adanya tanda-tanda Islam karena saat itu Islam memang belum menyebar luas ke nusantara.

Menurut Bastian, Islam baru muncul dalam kitab yang dikarang oleh Ibnu Batutah, penjelajah Muslim yang pernah singgah ke nusantara. "Nanti Ibnu Batutah itu baru jelas itu Islam di Nusantara. Islamnya sudah mantap karena waktu itu sudah ada kerjaan Islam pertama yang bermazhab Syafi'i, itu sekitar tahun 1300," kata Bastian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement