REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam buku The Indonesia Reader, History, Culture, Po litics, dijelaskan bahwa Ibnu Batutah menggambarkan kehidupan masyarakat Muslim di Kerajaan Samudera Pasai dalam catatan hariannya. Batutah menulis Sumatra de ngan nama Jawa karena saat itu yang terkenal di kalangan saudagar dunia adalah menyan jawi.
Namun, yang dimaksud Batutah adalah Sumatera, pulau di mana Kerajaan Samudera Pasai berada. "Jadi kitab ini baru keluar kata Jawa dan Sumatra, kitab-kitab sebelumnya masih Zabaj . Penekan dia pada kerajaan Islam Samudera Pasai, "ujar Dosen dan peneliti Universitas Indonesia, Bastian Zulyeno kepada Republika saat ditemui di Fakultas Ilmu Budaya UI, Depok, belum lama ini.
Dalam Rihlahnya, Ibnu Batutah menceritakan bahwa dia sampai di pesisir Pasai setelah menempuh perjalanan laut selama 25 hari dari India. Dia pun menggambarkan Sumetara sebagai pulau yang subur.
Menurut Batutah, tanaman yang banyak tumbuh di Pasai adalah pohon kelapa, pinang, cengkeh, gaharu India, pohon nangka, mangga, jambu, jeruk manis, dan tebu. Batutah juga menulis tumbuhan aromatik yang terkenal di penjuru dunia hanya tumbuh di daerah ini.
Saat sampai di pelabuhan, masyarakat setempat menyambut Batutah dan rombongan dengan ramah. Rakyat di sana datang dengan membawa kelapa pisang, mangga, dan ikan, untuk ditukarkan dengan barang lain yang dibawa pedagang yang singgah.
Dalam catatan perjalannya ini, Ibnu Batutah juga terkesan dengan keyakinan Sultan Samudera Pasai yang kedua, Sultan Malik az-Zahir. Selain terbuka, Sultan juga pecinta teologi. Sul tan merupakan penganut Islam yang taat dan memerangi segala perompakan.
Menurut Ibnu Batutah, Sultan juga memberikan perlindungan kepada kaum non-muslim yang membayar pajak kepada kesultan an. Selain tegas, Sultan al-Malik juga digambarkan sebagai orang yang rendah hati.