REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Qasr al-Muwaiji merupakan situs tua yang mengesankan banyak orang. Wisatawan mancanegara berdatangan ke sana untuk menge nang sejarah di balik kekhasan struktur bangunan bergaya kuno itu.
Semula benteng ini digunakan untuk mengawasi sumber air selama ratusan tahun. Benteng ini dibangun pada awal abad ke-20, zaman Syekh Zayed bin Sulthan an- Nahyan. Setelah kematian sang pendiri Uni Emirat Arab, benteng tersebut diserahkan kepada putranya, Syekh Mohammed bin Khalifa.
Sepanjang waktu itu, Qasr al-Muwaiji merupakan bangunan sederhana yang menjadi perhatian orang-orang sekitar. Bentuknya persegi dengan menara sudut dan gerbang masuk yang megah. Ruangan tersebut digunakan sebagai kantor pemerintahan. Masyarakat sekitar juga kerap berkumpul di sana untuk bermuamalah.
Pada tahun 1946, Syekh Zayed bin Sultan an-Nahyan diangkat menjadi perwakilan penguasa di al-Ain. Sejak itu dia tinggal di Qasr al-Muwaiji. Benteng ini menjadi kantor sekaligus rumah keluarganya.
Putra sulungnya, Syekh Khalifa bin Zayed, lahir di sini dua tahun kemudian. Pria yang kini menjadi penguasa tertinggi di Uni Emirate Arab itu menghabiskan banyak masa mudanya di sana.
Selama berada di al-Muwaiji, Zayed membangun tempat tersebut sehingga tampil lebih kokoh dan disegani. Upaya ini mencerminkan bahwa al-Muwaiji merupakan infrastruktur dan kebanggaan masyarakat setempat.
Perkantoran di dalamnya diperluas menjadi dua kali lipat. Dapur serta ruang tamu diperbesar untuk mengakomodasi peningkatan jumlah tamu. Masjid di sana juga diperluas.
Seiring waktu berlalu, masyarakat sekitar mendirikan shalat di sana, berkumpul untuk silaturahim, dan menggelar aneka perayaan. Jadilah al -uwaiji sebagai pusat kegiatan masyarakat setempat.