REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Pesantren Jagasatru, Cirebon masih eksis hingga kini. Pesantren ini tidak hanya menjadi pusat penimbaan ilmu, tetapi juga lokasi pergerakan ulama melawan penjajah di Cirebon.
Pesantren Jagasatru semakin berkembang pesat di bawah pengelolaan keturunan Habib Syekh yakni Habib Muhammad Yahya atau dikenal Kang Ayip Muh, Habib Abu Bakar, Habib Muhammad Toha, dan Habib Muhammad Thohir.
Di antara capaian pesantren tua ini yaitu pada 1993 Pesantren Jagasatru mendirikan MTs An Nur yang berlokasi di Jalan Pangeran Drajat. Pada 2004 dan 2005, Pesantren Jagasatru mendirikan Madrasah Aliyah putri An Nur dan taman belajar paket B Ponpes Jagasatru.
Kini Pesantren Jagasatru dipimpin Habib Hasanain putra dari Habib Muhammad Yahya. Kurang lebih ada sekitar 400 santri baik putra maupun putri. Meski telah berganti kepemimpinan, Pesantren Jagasatru tetap mempertahankan ciri khasnya dengan mengajarkan kesederhanaan dan kemandirian pada santrinya.
Di pesantren ini, santri bukan saja tak diperkenankan membawa dan menggunakan alat-alat elektronik. Bahkan santri harus memasak sendiri untuk makan sehari-harinya.
Menurut Ketua Bidang Pendidikan Pesantren, Hasan Syukur, hal itu sebagai pendidikan bagi santri agar bisa hidup mandiri. Santri di Ponpes Jagasatru pun diajarkan berbagai kitab.
Namun menurut Hasan, Pesantren Jagasatru lebih menitikberatkan pada santrinya agar bisa menguasai ilmu alat atau gramatikal arab agar bisa membaca kitab, serta menghafal Alquran.
“Bagi santri yang mondok di sini tapi sambil sekolah itu rutinnya mengaji sore sampai malam, tapi yang hanya mondok saja mengajinya dari pagi sampai siang,” tuturnya.
Setelah wafatnya Habib Syekh, Pondok Pesantren Jagasatru diteruskan Habib Muhammad bin Syekh bin Abu Bakar Bin Yahya atau akrab disapa Kang Ayip Muh.
Sosok Kang Ayip Muh begitu dikenal luas terutama di kalangan Nahdliyin. Dakwahnya yang santun dan menyejukan membuatnya disegani tak hanya oleh umat Muslim namun juga oleh non-Muslim. Meski demikian, menurut Ustaz Amir Hamzah, Kang Ayip Muh begitu tegas soal hukum. “Beliau itu menjadi acuan atau magnet di Cirebon, artinya Kang Ayip Muh itu sosok yang dihormati baik Muslim maupun non-Muslim,” katanya.
Ada kebiasaan unik yang dilakukan Kang Ayip Muh semasa hidupnya. Menurut Amir, setiap malam Kang Ayip Muh akan berkeliling kota Cirebon menggunakan becak. Itu dilakukan Kang Ayip Muh untuk memantau kondisi Cirebon.
Gerbang Pesantren Jagasatru
Meski demikian, saat berkeliling Kang Ayip Muh berpenampilan biasa tanpa menunjukan dirinya seoarang ulama besar. Kang Ayip Muh pun disegani terlebih menjadi salah satu tokoh yang mampu memberantas perjudian dan minuman keras di Cirebon.
Tak hanya itu, menurut Amir, Kang Ayip Muh sering bersilaturahim ke pesantren-pesantren lainnya di Cirebon dan mengajak santrinya ketika hendak berdakwah ke beberapa daerah. Meski demikian, Ustaz Amir yang pernah belajar langsung mengatakan Kang Ayip Muh begitu tawadu.
“Non-Muslim sampai mengatakan setelah judi dan miras di berantas Kang Ayip Muh, Cirebon itu jadi aman. Tapi ketika beliau wafat, muncul lagi judi dan mabuk itu,” katanya. Andrian Saputra