Selasa 27 Aug 2019 05:51 WIB

Sedang Lautan dan Terbunuhnya Pangeran Bratakelana

Pangeran Bratakelana terbunuh oleh bajak laut.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Pintu masuk situs Pangeran Sedang Lautan di Desa Mundu Mesigit, Mundu, Cirebon.
Foto: Republika/Andrian Saputra
Pintu masuk situs Pangeran Sedang Lautan di Desa Mundu Mesigit, Mundu, Cirebon.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Pangeran Bratakelana atau disebut juga Pangeran Sedang Lautan adalah salah satu putra Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Pangeran Bratakelana lahir dari Nyi Mas Lara Kahfi atau Syarifah Baghdad. 

Setelah kakaknya yakni Pangeran Jaya Kelana terlebih dulu wafat, pangeran Bratakelana merupakan sosok yang dipersiapkan Sunan Gunung Jati untuk naik takhta. Namun hal itu tak terjadi setelah pangeran Bratakelana terbunuh oleh bajak laut dalam perjalanannya kembali dari Demak. 

Baca Juga

“Beliau wafat sekitar usia 25 tahun, beliau  sudah disiapkan sebagai pengganti raja bahkan sudah dinikahkan dengan putri sultan Demak,” kata juru pelihara situs Pangeran Sedang Lautan, Raden Taufiq, saat berbincang dengan Republika,co.id pada Senin (26/8).  

Pangeran Bratakelana dinikahkan dengan putri Sultan Demak atau Sultan Fatah yakni Nyi Mas Ratu Pulung Nyawa. Setelah pernikahannya itu, Sultan Demak menyiapkan wilayah Tuban bagi Pangeran Bratakelana sebelum menjadi raja.  

Namun sebelum Pangeran Bratakelana naik takhta, putra Sunan Gunung Jati itu gugur setelah bertarung dengan bajak laut yang menghadangnya dalam perjalanan pulang dari Demak menuju Cirebon.  

“Beliau itu dicegat bajak laut, mungkin ada kekhawatiran pihak-pihak tertentu, Demak dan Cirebon akan bersatu dan rajanya beliau, singkat cerita beliau itu gugur,” kata Raden Taufiq. 

Menurut Raden Taufiq peristiwa terbunuhnya Pangeran Bratakelana terjadi sekitar 1490-an. Setalah dibunuh, jasad pangeran Bratakelana dibuang ke lautan. Jenasahnya ditemukan tokoh wilayah Mundu, Cirebon yakni Ki Gede Mundu.  

Mengetahui jenazah itu adalah Pangeran Bratakelana, Ki Mundu menyampaikan kabar duka itu pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati  berduka dengan kepergian putranya itu.   

Atas permohonan Ki Gede Mundu pada Sunan Gunung Jati, Pangeran Bratakelana dimakamkan di wilayah Mundu atau saat ini situs Pangeran Sedang Lautan. 

Setelah peristiwa itu, Sunan Gunung Jati memerintahkan Ki Gede Bungkuk untuk mencari bajak laut yang membunuh Pangeran Bratakelana. Para bajak laut itu ditemukan di daerah Gebang.  

“Syekh Syarif Hidayatullah lalu mengirim utusan ke Demak mengabarkan kabar duka itu, dan dalam pesannya juga agar istri pangeran Bratakelana turun ranjang atau menikah dengan adiknya yakni pangeran Pasarean,” katanya. 

Situs Pangeran Sedang Lautan baru ditetapkan sebagai situs cagar budaya pada 2007. Pada 2010 situs tersebut pernah dilakukan perbaikan. Kini situs Pangeran Sedang Lautan kerap didatangi peziarah dari berbagai daerah. 

Di situs ini juga terdapat makam Ki Lobama atau Syarif Abdurrahman seorang ulama asal Baghdad yang menyebarkan Islam di Cirebon sekitar abad ke-11. Karena itu situs itu pun dikenal sebagai situs Ki Lobama. Andrian Saputra

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement