REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: M Fuad Nasar
Rasulullah SAW suatu kali ditanya seorang sahabat, "Mungkinkah seorang Mukmin itu pengecut?"
"Mungkin," jawab Rasulullah.
"Mungkinkah seorang Mukmin itu bakhil (kikir)?"
"Mungkin," jawab Rasulullah lagi.
"Mungkinkah seorang Mukmin itu pembohong?"
Kini Rasulullah menjawab, "Tidak."
Ulama besar dari Universitas al-Azhar (Mesir) Sayid Sabiq (almarhum) ketika menukil hadis ini dalam bukunya, Islamuna, menjelaskan bahwa iman dan kebiasaan berbohong tidak bisa berkumpul dalam hati seorang Mukmin.
Rasulullah SAW berwasiat agar umat Islam memiliki sifat jujur dan menjauhi sifat pembohong. Islam tidak akan tumbuh dan berdiri kokoh dalam pribadi yang tidak jujur.
Kita baca sejarah pribadi besar Nabi Muhammad SAW. Sepanjang hayatnya, beliau menjadi pribadi yang jujur, bahkan digelari masyarakat setempat sebagai al-Amin.
Sabda Rasulullah SAW: "Berpegang teguhlah dengan kebiasaan berkata benar. Sesungguhnya berkata benar mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan ke surga.
Seseorang yang selalu berkata benar, maka ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang benar. Dan jauhilah kebohongan.
Sesungguhnya kebohongan mengantarkan kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan ke neraka. Seseorang yang biasa berbohong, maka ia akan ditulis di sisi Allah sebagai pembohong." (HR Bukhari dan Muslim).
Bohong dalam ucapan, kesaksian, pemberitaan, dan sebagainya merupakan salah satu tanda-tanda kemunafikan. Islam memandang kebohongan adalah induk dari berbagai dosa. Kebohongan akan menambah kerawanan-kerawanan dalam masyarakat.
Kebohongan tidak jarang membuat campur-aduknya antara yang hak (kebenaran) dan yang bathil. Sesuatu yang bathil bisa tampak seolah sebagai kebenaran karena kepandaian membuat rekayasa dan kamuflase.
Firman Allah: "Ketahuilah, laknat Allah atas orang-orang yang dusta." (QS Ali Imran: 61).
Rasulullah SAW mengingatkan: "Berkata benar membawa ketenteraman, sedangkan berbohong menimbulkan ketidak-tenangan."
Mari kita tegakkan kejujuran dan berhenti membohongi diri sendiri atau orang lain. Kejujuran bukan sekadar slogan dan retorika, tapi harus menjadi karakter dan kultur masyarakat.