Ahad 28 Apr 2019 17:19 WIB

Bolehkah Percaya pada Kesialan?

Firaun dan pengikutnya pernah menuding Musa sebagai pembawa sial.

Takwa (ilustrasi).
Foto:

Rasulullah memang pernah bersabda tentang adanya kesialan pada tiga hal. Hanya, hadis itu harus ditempatkan pada konteksnya. "Tidak ada penularan pe nyakit dan tidak ada ramalan sial, tapi terdapat kesialan pada tiga: kuda, perempuan, dan rumah." (Mut tafaq alaih). Dalam hadis ini, Rasulullah SAW menjelaskan bah wa maksud kesialan di sini adalah kesialan yang dapat mendatangkan permusuhan dan ben cana. Bukan anggapan sebagian orang yang meyakini bahwa ke tiga hal tersebut dapat membawa sial.

Ini terbukti dalam hadis lain nya yang diriwayatkan Sa'ad bin Abi Waqqash RA. Rasulullah SAW bersabda, "Tiga hal yang membuat bahagia: istri yang jika kamu lihat menyenangkanmu dan jika kamu tinggalkan, maka kamu merasa tenang atas dirinya dan hartamu, hewan tunggangan yang berjalan cepat sehingga dapat membawamu menyusul pa ra rekanmu dan rumah yang luas dengan banyak fasilitas. Dan, tiga hal yang termasuk kesusahan: Istri yang jika kamu lihat maka ia menjengkelkanmu, suka menjelekkanmu dengan mulutmu dan jika kamu tinggalkan kamu tidak tenang atas dirinya dan hartamu, hewan tunggangan yang lambat, jika kamu pukul maka ia akan me nurutimu, tapi jika kamu biar kan maka ia tidak akan membawamu menyusul para sahabatmu dan rumah yang sempit yang tidak mempunyai banyak fasilitas."

Saat ditanya tentang hari sial, Muktamar ke-3 Nahdlatul Ulama (NU) di Surabaya pun memilih pendapat yang tidak memboleh kan. Fatwa Muktamar NU pun memutuskan, "Barang siapa yang bertanya tentang hari sial dan se sudahnya maka tidak perlu di ja wab, melainkan dengan berpaling, menganggap bodoh tindak annya dan menjelaskan keburuk annya, dan menjelaskan bahwa semua itu merupakan kebiasaan orang Yahudi, bukan petunjuk bagi orang Islam yang bertawakal kepada penciptanya yang tidak pernah menggunakan hisab (perhitungan hari baik dan buruk)."

"Sedangkan, keterangan mengenai hari-hari apes dan sema camnya yang dinukil dari Ali karramallahu wajhah adalah batil dan merupakan suatu kebohong an yang tidak memiliki dasar. Ka rena itu, berhati-hatilah kalian dari hal-hal tersebut."

Dari penjelasan tersebut, da pat diketahui bahwa menganggap sesuatu mendatangkan kesialan adalah dilarang dalam syariat Islam. Karena, segala sesuatu berjalan sesuai dengan kekuasaan Allah. Nomor, barang, atau istri seseorang tidak mungkin mendatangkan kebaikan atau keburukan bagi seseorang. Wallahu a'lam.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement