Pemimpin Majelis Darul Murtadzo Malaysia itu menyatakan, dalam Islam diperbolehkan berbeda pendapat sebab setiap orang memiliki pemahaman berbeda. Mustahil untuk menyatukan ide semua orang, apalagi kemampuan akal setiap orang pun berbeda.
Ia melanjutkan, ada beberapa perkara dalam Islam yang boleh berbeda pendapat sepanjang tidak memutus tali persaudaraan antar-Muslim. "Kehidupan sahabat di zaman Rasulullah SAW cukup menjadi bukti bagaimana mereka tetap bersatu, tapi berbeda pendapat," katanya.
Habib Ali Zainal bercerita, suatu hari Siti Aisyah berbeda pendapat dengan Abu Hurairah yang telah meriwayatkan banyak hadis. Abu Hurairah menyebutkan, berdasarkan hadis nabi, shalat akan batal bila di depannya ada perempuan, anjing, dan keledai.
Mendengar itu, Siti Aisyah protes karena disamakan dengan anjing dan ke ledai. Salah satu istri Nabi Muhammad SAW tersebut ke mudian mengatakan, shalat tidak batal bila di depannya ada perempuan.
"Aisyah kemudian mengata kan hujjahnya (alasannya), kata dia, suatu hari Nabi shalat di rumah menghadap kiblat lalu di depannya ia tidur, dan Nabi tetap shalat sehingga tidak batal. Ini menunjukkan betapa sempitnya rumah Nabi kala itu. Entah berapa kali sahabat berbeda pendapat, tapi mereka tetap saling menghormati dan tidak saling memusuhi," ujar Habib Ali Zainal.