REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari itu cuaca begitu panas. Matahari sangat terik sejak pagi. Anak bungsu Khalifah Umar bin Abdul Aziz menghabiskan harinya dengan bermain sejak pagi. Ia pulang karena merasa sangat lapar.
Sesampainya di rumah, ia meminta makanan kepada ibunya. Namun, saat itu istri Khalifah, Fatimah, belum memasak sesuatu apa pun. “Pergilah berjumpa dengan ayahmu di baitul maal, mungkin dia dapat memberikan kamu sesuatu yang dapat dimakan,” ujar Fatimah pada anaknya.
Anak itu pun berlari-lari riang mencari ayahnya. Saat itu, dia mendapati ayahnya, Khalifah Umar bin Abdul Aziz, masih bersama beberapa orang pegawainya. Mereka sedang menimbang sejumlah buah apel. Apel-apel itu rencananya akan dibagikan kepada mereka yang layak menerimanya.
Tiba-tiba, masuklah buah hati Khalifah menuju tumpukan buah apel. Ia lalu mengambil sebuah apel dari tumpukan tersebut dan hendak memakannya.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz melihat anak kesayangannya akan memakan buah apel itu. Dengan cepat ia merebut paksa apel itu dari mulut anaknya. Sehingga, buah hatinya menangis dan berlari pulang ke rumahnya.
Adik Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Sahal, yang turut menyaksikan kejadian tersebut berkata, “Wahai Amirul Mukminin, anakmu itu sedang lapar, toh kita masih mempunyai stok banyak buah apel untuk diberikan kepada orang banyak, sekiranya hilang satu buah tentu tidaklah menjadi kerugian.”