Rabu 13 Feb 2019 20:43 WIB

Bagaimana Islam Memandang Sihir? (4)

Apa dan bagaimana kitab ‘Ashif itu?

(ilustrasi) api dan kegelapan
Foto: tangkapan layar youtube.com
(ilustrasi) api dan kegelapan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaum Yahudi juga membantah kenabian Rasulullah Muhammad SAW. Bagaimanapun, bantahan itu tidak berarti mereka mengandalkan kitab Taurat.

Justru, orang-orang Yahudi itu mengikuti ‘Ashif serta sihir Harut dan Marut. Ibnu Katsir menegaskan di dalam buku tafsir karyanya, Alquran jelas-jelas tidak bertentangan dengan kitab Taurat. Kitab suci itu hanya meneguhkan syariat baru, bukan akidah baru. Begitu datangnya Rasulullah SAW, kaum Yahudi malah berpaling dari kitab Taurat.

Baca Juga

“Sebenarnya kaum Yahudi itu mengetahui tetapi mereka membuang dan menyembunyikan pengetahuan mereka itu dan mengingkarinya,” kata Qatadah, sebagaimana dikutip Ibnu Katsir.

Apa dan bagaimana kitab ‘Ashif itu? Semua bermula sejak zaman Nabi Sulaiman AS. Ibnu Katsir mengutip keterangan Ibnu Abi Hatim yang diperoleh dari Ibnu ‘Abbas, “’Ashif merupakan juru tulis Nabi Sulaiman. Dia mengetahui Ismu al-a’zham (nama yang paling agung).

’Ashif mencatat segala sesuatu atas perintah Nabi Sulaiman. Catatan itu kemudian dikubur di bawah singgasana sang utusan Allah SWT itu. Setelah Nabi Sulaiman wafat, setan-setan mengeluarkan tulisan-tulisan itu dari bawah tanah. Mereka lantas berseru,  ‘Inilah kitab pedoman yang diamalkan Sulaiman.’”

Lebih ekstrem lagi, setan-setan tadi menuding Nabi Sulaiman telah mempelajari dan melakukan sihir, sebagaimana tulisan-tulisan yang dikubur itu. Ibnu ‘Abbas melanjutkan riwayat ini.

“Sehingga orang-orang yang bodoh mengingkari Nabi Sulaiman dan mencacinya, sedangkan para ulama diam, sehingga orang-orang bodoh itu masih terus mencaci Nabi Sulaiman hingga Allah menurunkan ayat (surat al-Baqarah ayat 102) kepada Nabi Muhammad,” jelas Ibnu Abbas, seperti dikutip Ibnu Katsir.

Ayat al-Baqarah yang disinggungnya itu diterjemahkan sebagai berikut. “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setanlah yang kafir (mengerjakan sihir).

Maka dari itu, kitab ‘Ashif adalah teks sihir yang telah dikubur— bukan ditulis atau dikarang—‘Ashif atas perintah Nabi Sulaiman. Tuduhan kaum musyrik bahwa Nabi Sulaiman AS mengerjakan sihir pun terbantahkan.

Ibnu Katsir juga mengutip pandangan beberapa pihak yang menegaskan, praktik-praktik sihir sudah ada jauh sebelum masa kenabian Sulaiman AS.

Setidaknya, tukang sihir sudah marak di lingkaran kekuasaan sejak era Nabi Musa. Kita tahu adanya sejumlah ayat Alquran yang mengisahkan keimanan para (mantan) tukang sihir. Mereka bertaubat setelah menyaksikan mukjizat tongkat Nabi Musa. Di ayat lain, Alquran juga menyebut kaum durhaka yang menuding Nabi Saleh sebagai pengikut sihir.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement