Selasa 29 Jan 2019 21:48 WIB

LDNU Siapkan Strategi Dakwah Era Milenial

Dai-daiyah bisa menyebarkan ajaran Islam moderat lewat media digital

Sekitar 1.500 kader NU menghadiri Rapat Koordinasi Nasional  (Rakornas) LDNU 2019 di Auditorium Bina Karna, Hotel Bidakara, Jakarta  Selatan, Senin (28/1).
Foto: Republika/Muhyiddin
Sekitar 1.500 kader NU menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) LDNU 2019 di Auditorium Bina Karna, Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Senin (28/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama  (LDNU) telah usai menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) 2019 di Auditorium Bina Karna, Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Senin (28/1) malam. Rakornas tersebut menghasilkan beberapa keputusan tentang langkah dakwah NU ke depannya.

Ketua LDNU KH Agus Salim mengatakan, salah satu langkah yang akan akan dilakukan LDNU adalah dengan merangkul kalangan milenial, khususnya siswa-siswa yang aktif di Rohani Islam (Rohis). Harapannya, aktivis Rohis bisa mendapatkan pemahaman Islam yang wasathiyah/moderat.

"Kita ingin merangkul kaum millenial seperti Rohis-Rohis. Karena kemarin juga saya katakan kita selama ini terlalu fokus pada dunia pesantren dan santri, dan kita lupa yang namanya dunia sekolah dan para siswa, " ujar Kiai Agus saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (29/1).

Dia mengatakan, selama ini pihaknya seakan mengabaikan anak-anak muda yang aktif di kegiatan Rohis, sehingga mereka menjadi sasaran empuk bagi kelompok-kelompok berpaham radikal.

"Siswa itu agak terabaikan, akhirnya menjadi sasaran empuk buat mereka untuk menanamkan ideologi-ideologi impor dan transnasional," ucap Kiai Agus.

Selain itu, tambah dia, LDNU juga akan mulai berdakwah dengan menyasar kalangan artis yang menjadi aktivis dakwah. Pasalnya, selama ini pemahaman-pemahaman yang mereka anut cenderung rigid dan tekstualistik.

Menurut dia, pada prinsipnya para artis yang memilih untuk berdakwah harus memahami dulu tentang ajaran agama. Setelah itu, baru bisa menyampaikannya kepada masyarakat dengan menggunakan sumber-sumber ajaran Islam yang benar.

"Sebagai seorang mubaligh harus mulai dari dirinya sendiri dulu. Paling tidak dia harus paham ajaran agama dan dia harus mengamalkannya. Setelah itu baru bisa menyampaikan. Tapi ini kan banyak yang ngerti cuma katanya-katanya, cuma karena baca Google dan sejenisnya. Ya harus belajar dulu," jelas Kiai Agus.

Dia menuturkan, tidak dapat dipungkiri bahwa dai-daiyah NU kini sedang menghadapi era millenial, di mana teknologi dan informasi berkembang dengan sangat pesat. Karena itu, diapun mendorong agar dai-daiyah NU bisa mempelajari teknologi.

Dengan demikian, lanjut dia, dai-daiyah bisa menyebarkan ajaran Islam moderat lewat media digital, seperti di media sosial. "Dalam rangka itu kita mengadakan Rakornas. Sehingga komponen-komponen LDNU seluruh Indonesia harus siap menghadapi itu semua. Jadi kalau ada "NKRI harga mati", maka ada "Melek medsos harga mati". Jadi kita motivasi ke arah sana" kata Kiai Agus.

Kiai Agus menambahkan, secara internal pihaknya akan terus memperkuat pendidikan keagamaan kepada dai-daiyah NU, khususnya yang berhaluan paham Ahlus Sunnah wal Jama'ah (Aswaja) An-Nahdliyah. Menurut dia, LDNU sudah meluncurkan program 34 ribu dai medsos untuk menyebarkan paham moderat tersebut.

"LDNU secara internal akan memberikan pendidikan terhadap dai-dai medsos di NU," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement