Selasa 13 Nov 2018 05:30 WIB

Abdullah Hakim Quick Kagumi Cara Hidup Rasulullah

Ia sungguh-sungguh ingin hidup seperti Muslim.

Mualaf (ilustrasi)
Foto:

Islam bagi Quick tidak hanya sebagai sebuah agama, tetapi lebih dari itu Islam adalah sebuah gaya hidup. "Setelah menjadi Islam, saya memiliki pola makan yang baik. Bersikap sesuai dengan yang dicontohkan Nabi dan memimpin keluarga saya dengan cara Islam. Islam mengajarkan semua detail dalam menjalani hidup, A-Z. Ini yang saya inginkan," ujarnya.

Meski demikian, saat awal menjadi Muslim, ia juga sempat tidak percaya diri dan agak kehilangan semangat.

"Saya baru jadi Muslim dua hari sebelum puasa Ramadhan. Sehingga, saya langsung mengerjakan puasa. Namun, saya kaget ketika saya datang ke masjid pada malam hari dan saya harus melaksanakan shalat Tarawih sebanyak 20 rakaat. Dulu, saya adalah pemain baseball, tetapi rasanya capek juga shalat dengan rakaat sebanyak itu, membuat lutut saya keram," kisahnya. 

Ketika itulah, Quick agak kehilangan semangat. Muncul pertanyaan dalam dirinya, apakah ia benar-benar bisa menjadi Muslim yang baik? Sementara, ibadah yang harus dijalankan sebagai Muslim sepertinya tidak ringan.

Namun, seorang sahabat Muslimnya memberi tahu bahwa shalat tersebut hanyalah sunah. Seorang Muslim boleh memilih untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan shalat tersebut. "Saya saat itu merasa bahwa Islam ternyata sama sekali tidak memberatkan umatnya," katanya.

Bahwa Islam meyediakan banyak pilihan dalam melaksanakan ibadah dan memberikan pengecualian bagi mereka yang memiki keterbatasan fisik.  Beruntung, Quick akhirnya bisa juga menyelesaikan puasa selama sebulan penuh dan melaksanakan shalat Tarawih setiap malam pada bulan Ramadhan pertamanya.

Setelah melaksanakan ibadah tersebut, Quick semakin paham bahwa Islam memberikan hikmah dari setiap ibadah yang dilakukan. "Tidak semata ibadah fisik. Islam mengajarkan lebih dari itu. Saat itu saya merasa sangat beruntung menemukan Islam," katanya. 

Dia pun mendapatkan kesempatan lebih jauh untuk mengenal Islam. Pada 1973, Quick dan istrinya yang seorang Muslim asal Jamaika pindah ke Madinah. Quick belajar di salah satu universitas atas beasiswa Pemerintah Arab Saudi.

"Ketika itu, Pemerintah Arab Saudi memberikan dua beasiswa kepada dua orang Muslim Kanada dan saya terpilih menjadi salah satunya. Saya juga menjadi orang Amerika pertama yang pernah menamatkan pendidikan di universitas di Arab Saudi," katanya.

Di sana pula, dia bertemu dengan seorang pemuka Islam, Syekh Abdul Aziz, yang sangat peduli dengan perkembangan Islam. "Dia bertanya pada saya bagaimana Islam dikenal di Amerika dan dia kemudian membiayai riset saya tentang Islam di benua Amerika," katanya.

Quick pun kembali ke Amerika dan memulai pengembaraannya untuk riset. Ia lalu pergi ke Honduras, Kosta Rika, Panama, Bermuda, Jamaika, dan Bahama untuk mengetahui tentang Islam di wilayah-wilayah itu.

Lalu, dia tinggal sebentar di Kalifornia sebelum kembali ke Toronto dan menyelesaikan kuliah sejarahnya hingga mendapatkan gelar doktor. Dia lalu bekerja di Pusat Ilmu Pengetahuan Ontario dan Museum Royal Ontario. Quick juga menjadi kolumnis reguler di rubrik agama pada koran terkemuka di Kanada, yaitu Toronto Star. 

Riset yang dilakukannya membuat banyak komunitas Muslim di dunia terkesan. Dia pun semakin sering diundang untuk memaparkan hasil risetnya. Dari riset-riset itu, dia tahu bahwa Islam telah menyebar ke seluruh belahan dunia. Dia pun tahu, manusia pada dasarnya telah mengenal konsep ketuhanan monoteistik seperti yang diajarkan Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement