Jumat 02 Nov 2018 05:00 WIB

Camilla Leyland, Guru Yoga yang Bersyahadat

Islam menempatkan perempuan sebagai mitra laki-laki dalam meraih ketakwaan.

Mualaf
Foto:

Banyak cara Allah memberikan kepada hamba yang dikehendakinya untuk menerima kebenaran Islam. Ada yang karena membandingkan kitab suci Alquran dengan lainnya, persoalan perempuan, hak asasi, bahkan melalui bacaan Alquran.

Demikian juga dengan Camilla Leyland. Selain karena perhargaan Islam atas perempuan, pencerahan agama mulia ini ia dapatkan dengan mempelajari Alquran, kendati melalui terjemahannya.

Hidayah dan pencerahan itu ia rasakan saat tinggal dan bekerja di Suriah. Ia semakin tertarik pada Islam setelah membaca terjemahan Alquran. Berawal dari sinilah ia mulai menyadari bahwa Islamlah yang dicarinya selama ini. "Saya pun bertekad untuk menjadi mualaf,'' ungkapnya.

Keputusannya untuk memeluk Islam, diakui perempuan kelahiran 33 tahun silam itu, membuat teman-teman dan keluarganya heran. ''Orang-orang akan sulit percaya bahwa seorang perempuan yang berpendidikan tinggi, berasal dari kelas menengah, dan berkulit putih pula, memilih untuk menjadi Muslim,'' katanya, menirukan komentar ayahnya saat itu.

Kendati orang-orang di sekelilingnya memandang heran terhadap keputusannya ini, namun Camilla mantap menjadi Muslimah. Ia bahkan sempat mengenakan jilbab, meski kini dia memilih tampil tanpa jilbab. Namun, ia mengaku tak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang Muslimah untuk menunaikan shalat lima waktu.

Ia bercerita, makin kuat tekadnya memegang teguh agamanya saat menghadiri pesta ulang tahun temannya di sebuah bar, saat itu ia tampil dengan jilbabnya. ''Saya berjalan, dengan jilbab dan pakaian rapat, meihat semua mata menatap saya dan beberapa tamu yang mabuk mengucapkan kata-kata tak senonoh atau menari di hadapan saya secara provokatif. Untuk pertama kalinya saya menyaksikan masa lalu saya dengan sebelah mata dan saya tahu, saya tak akan pernah ingin kembali pada kehidupan semacam itu,'' paparnya.

Camilla juga merasa bersyukur menemukan Islam. Dengan keislaman yang disandangnya kini, ia merasa telah menjadi orang yang merdeka. "Saya bersyukur menemukan jalan keluar bagi diri saya sendiri. Saya bahagia berdoa lima kali sehari, dan mengikuti pengajian di masjid. Saya tidak lagi menjadi budak masyarakat yang rusak," ujarnya.

sumber : Oase Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement