Rabu 31 Oct 2018 05:00 WIB

Cassiano Bersyahadat di Perantuan

Cassiano berasal dari Kota Petronilla, Brasil.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Muslim Brasil shalat berjamaah di Mesquita da Luz, masjid pertama di Rio de Janeiro.
Foto:

Suatu ketika, Cassiano membawa gitar kesayangannya. Dia bermain di sebuah karnaval di Rio de Janeiro. Hari itu baginya tidak terasa baik. Entah mengapa dia me rasakan kesedihan yang amat dalam.

Usai bermain gitar, dia memutuskan untuk pulang setelah bermabuk-mabukkan di jalan. Saat menyusuri jalan, dia melihat banyak orang mabuk dan terus-menerus berkata ingin pulang ke rumah.

Meskipun banyak yang mabuk, dia melihat mereka seperti bayangan semata. Baginya, malam itu sungguh aneh. Kemudian, perasaan sedih makin menjadi-jadi. Setelah tiba di rumah, Cassiano kemudian mandi dan masuk kamar. Anehnya, saat itu dia langsung bersujud tanpa mengetahui apa itu sujud.

Setelah bersujud di lantai, dia pun langsung menangis. "Tuhan, tolong bawa saya keluar dari negara ini atau saya akan mati."

Permintaan itu terlontar dari mulutnya dengan susah payah, setelah melalui tekanan dan krisis batin berkepanjangan. Ini adalah titik balik dirinya. Yang semula membenci dan tidak mengakui agama beserta konsep Tuhan di dalamnya, kini dia mengaku membutuhkan Tuhan dalam hidupnya yang tidak akan pernah dilupakan. Satu bulan setelah itu ternyata doanya terkabul. Dia berada di Dubai.

Perjalanan itu terjadi atas arahan seorang teman. Sebelum dia berangkat, temannya bercerita tentang kota di negeri Emirate. Cassiano sempat bertanya mengenai Dubai dan di mana letaknya.

Setelah mendapat penjelasan, dia baru tahu kota itu terdapat di Timur Tengah, di negeri yang didirikan Syekh Zayed, penguasa terkenal yang mewakafkan sebagian hartanya untuk kemaslahatan umat.

Pada mulanya, dia tidak terlalu mengenal negara-negara Timur Tengah. Kawasan tersebut kerap dipandang sebelah mata. Dia berpikir di negara tersebut banyak orang yang berperang dan mereka beragama Islam.

Dia berpikir bahwa Muslim akan membunuh orang lain, bahkan sesamanya. Hal itu membuat Cassiano mewaspadai diri untuk berhati-hati. Rekannya pun tertawa dan meyakinkan Cassiano bahwa Dubai tidak seperti yang dipikirkannya. Sang teman yang juga Muslim juga memberitahukan kota itu penuh dengan pembangunan infrastruktur yang membanggakan Cassiano pun terkejut dan lebih waspada. Namun, temannya tetap meya kinkan dia untuk datang dan melihat Dubai dengan mata kepalanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement