Kamis 18 Oct 2018 05:00 WIB

David Wharnsby, Pelopor Nasyid Berbahasa Inggris

Alquran menjadi inspirasinya dalam bermusik.

David Howard Wharnsby
Foto:

Setelah mengucapkan dua kalimah syahadat, ia pun menggunakan nama Islamnya, yakni Dawud Wharnsby Ali. Agama baginya bukan sekadar institusi untuk manusia, melainkan sesuatu yang harus diterapkan dalam kehidupan.

"Saat mengucapkan kata Islam, saya melihatnya sebagai kata kerja, sebuah kata yang merujuk pada aksi," papar Dawud dalam wawancaranya dengan sebuah majalah pada 2006.

Menurut dia, Islam seharusnya menjadi sesuatu yang dilakukan oleh pemeluknya, bukan sesuatu yang hanya dimiliki. Islam harus diimplementasikan dalam kehidupan.

Bagi Dawud, Islam sepertinya tidak hanya sebuah agama yang ditempelkan kepadanya. Dia ingin menerjemahkan bahasa-bahasa keislaman itu melalui perilaku dan caranya berekspresi.

Alquran menjadi inspirasinya dalam bermusik. David banyak menulis lagu dengan perkusi sebagai instrumennya, menjadi bentuk nasyid.

Dia juga banyak menulis lagu anak yang terinspirasi dari Alquran. Lagu-lagu anak itu pada awalnya hanya direkamnya dengan sebuah gitar. Itu saya lakukan agar berbagai macam pendengar bisa merasa nyaman dengan materi-materi lagunya, paparnya.

Pada 1995, Dawud berhasil menelurkan sebuah album berjudul Blue Walls and The Big Sky. Pada tahun berikutnya, dia meluncurkan album keduanya berjudul A Whsiper of Peace. Pada album keduanya, ia sudah mulai menunjukkan unsur-unsur religi dalam lagunya.

Sebut saja, lagu Al Khaliq, The Prophet, atau Takbir/Days Of Eid. Lagu-lagu bernuansa religi itu terus berlanjut ke album-album selanjutnya, Colours of Islam (1997), Road to Madinah (1998), Sunshine, Dust and The Messenger (2002), The Prophet’s Hands (2003), A Different Drum (featuring The Fletcher Valve Drummers) (2004), Vacuous Waxing (featuring Bill Kocher) (2005), The Poets And The Prophet (2006), Out Seeing The Fields (featuring Idris Phillips) (2007).

Album-album itu bagi Dawud merupakan hasil dari salah satu caranya untuk menginterpretasi Alquran. Bagi saya, sangat penting untuk bisa jujur pada diri sendiri terhadap pendapat saya tentang musik dan kegunaannya, ujar Dawud. Dalam bermusik, dia banyak bersentuhan dengan musisi mualaf lain, seperti Yusuf Islam (Cat Stevens) dan Idris Philip (Philip Bubel).

Meskipun caranya menginterpretasi Alquran melalui musik ditentang oleh beberapa kalangan, dia merasa bahwa sebagian besar penganut Islam tidak keberatan dengan caranya itu.  Bagi saya, ini penting untuk bisa berbagai tentang nilai-nilai melalui musik dan lagu, kata Dawud.

Para penikmat musiknya di Turki, Malaysia, Pakistan, Australia, Prancis, Amerika Serikat, dan Inggris sangat menyukai perkembangan karyanya. Selain sibuk dengan proyek-proyek album pribadinya, pada 1998, Dawud juga bergabung dengan perusahaan multimedia yang berbasis di Chicago, Amerika Serikat, SoundVision.com.

Di tempat itu, Dawud bekerja sebagai konsultan pendidikan, pengarah audio, dan menjadi asisten produksi untuk lebih dari 15 dalam dokumenter dan program televisi untuk anak-anak. Saat ini, Dawud sedang mengerjakan dua proyek albumnya yang akan muncul pada 2011 dan 2012.  N ed; heri ruslan

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement