Sabtu 13 Oct 2018 05:00 WIB

Perjuangan Theresa Corbin Memeluk Islam

Dia merasakan bagaimana orang-orang non-Islam berperilaku kasar terhadapnya.

Theresia Corbin
Foto:

Kini, Corbin mengenakan jilbab dan dia bangga telah menggunakannya. Jilbab bagi Corbin bukan untuk mengekangnya atau sebagai alat penindasan. Sebelum memeluk Islam, dia sering mendengar bahwa Muslimah di wilayah Timur Tengah mengenakan pakaian tertutup karena pak saan dan rasa memiliki suami mereka.

Namun, ketika dia bertanya dan mendapat jawaban yang sesungguhnya, Corbin justru mengetahui kebenarannya. Jawaban itu membuatnya kagum. Jilbab yang mereka kenakan adalah semata-mata karena Allah SWT. Fungsinya untuk diakui sebagai wanita yang harus dihormati dan tidak dilecehkan, sehingga dapat melindungi diri sendiri dari tatapan laki-laki.

Setiap Muslim diajarkan untuk berpakaian sederhana sebagai simbol bahwa tubuh wanita tidak dimak sudkan untuk konsumsi massa atau kritik. Corbin masih tetap ragu dengan penjelasan rekan Muslimahnya karena wanita di Islam dianggap kelas dua.

Tapi, lambat laun, dia memahami, kehidupan Barat selama ini memperlakukan wanita seperti properti, sedangkan Islam mengajarkan bahwa pria dan wanita setara di mata Tuhan.

Islam mengatur bahwa wajib hukumnya untuk menikahi wanita yang ingin hidup bersama. Bahkan, perempuan men dapatkan kesempatan untuk mewarisi pro perti, menjalankan bisnis, dan berpartisipasi dalam pemerintahan. Aturan ini telah berlaku untuk wa nita sejak 1250 tahun lalu, jauh sebelum Barat mengangkat isu feminisme.

Menikah

Setelah memeluk Islam, Corbin mencoba mengenal pria yang kelak men jadi pendamping hidupnya. Baginya ini adalah cara yang santun, karena pasangan pria- wanita tak terjebak dalam perzinaan.

Sebagai Muslim baru, dia menemukan cara yang terbaik untuk mencari cinta dan teman hidup selamanya.Dia memutuskan memiliki hubungan yang serius dengan bertaaruf. Dia mulai mencari dan me ngikuti wawancara, bertanya tentang pasangan hidup dan keluarganya.

"Saya memutuskan ingin menikah dengan mualaf lainnya, seseorang yang telah berada dekat dengannya dan ingin pergi ke mana saya ingin pergi. Terima kasih kepada orang tua, teman-teman, saya menemukan suami saya sekarang, orang yang masuk Islam di Mobile Alabama, dua jam dari rumah saya di New Orleans. Hingga 12 tahun kemudian, kita hidup bahagia," jelas dia.

Tidak setiap Muslim menemukan pasangan dengan cara ini. Tetapi, dia bersyukur, ternyata bisa menuju mahligai pernikahan tanpa harus berpacaran. Sejak menjadi Muslim, dia tidak pernah harus melepaskan kepribadian, identitas, atau budaya Amerika.

Pada Agustus 2012, Corbin pindah ke New Orleans. Dia merasa aman untuk sementara waktu. Namun, sekarang, dengan liputan berita terus menerus dari kelompok yang tidak Islami yang dikenal sebagai ISIS, dia kembali mengalami perlakuan diskriminatif.

"Ini membuat saya marah karena ada beberapa yang menyebut diri mereka Muslim dan menyalahgunakan Islam demi keuntungan politik. Ini membebani saya karena mengetahui bahwa jutaan warga hanya melihat gambar-gambar yang tidak jelas dan menganggap itu sebagai cerminan Islam," jelas dia.

Banyak orang membenci hanya karena Islam yang dianutnya. Sepanjang perjalanan mengenal Islam, dia semakin mengetahui bahwa umat Islam datang dalam berbagai bentuk, ukuran, sikap, etnis, budaya, dan kebangsaan. "Yang utama, saya memiliki keyakinan bahwa rekan-rekan Amerika saya dapat mengatasi ketakutan dan kebencian," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement