Jumat 07 Sep 2018 16:13 WIB

Merdu Suara Azan

Baik azan maupun iqamah mempunyai lafaz khusus.

Seorang Muadzin saat mengumandangkan adzan di Masjid Jami'e Darussalam, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Ahad (7/1).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Seorang Muadzin saat mengumandangkan adzan di Masjid Jami'e Darussalam, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Ahad (7/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baik azan maupun iqamah mempunyai lafaz khusus. Kalimat-kalimat itu mengandung unsur akidah dan keimanan.

Pertama yakni takbir yang bermakna mengandung pengagungan kepada Allah SWT. Kalimat ini dilanjutkan dengan penetapan bagi keesaan Allah dan risalah Nabi SAW dengan dua kalimat syahadat.

Muazin lantas mengajak untuk melaksanakan shalat sebagai tiang agama. Tak hanya itu, muazin melantunkan ajakan untuk meraih kemenangan dan keabadian di dalam surga.

Azan kemudian diakhiri dengan takbir dan kalimat ikhlas La Ilaha Illallah. Kalimat ini yang paling baik dan paling agung.

Di dalam Fiqih Sehari-hari, Saleh Al Fauzan menjelaskan, penyeru azan atau muazin harus memiliki beberapa sifat yakni punya suara keras agar lebih terdengar oleh banyak orang. Dia pun dapat dipercaya karena azannya akan menjadi sandaran masuknya waktu shalat, puasa hingga berbuka puasa.

Muazin juga disunnahkan untuk memperlambat azan. Azan yang dilantunkan semestinya tidak terlalu lambat dan tidak terlalu pelan. Dia hendaknya berhenti di setiap penggalan kalimat.

Dianjurkan juga untuk menghadap kiblat ketika mengumandangkan azan. Dia pun diimbau untuk meletakkan kedua jari di kedua telinga demi menambah keras suara.

Dia juga disunahkan untuk menengok ke kanan ketika menyebut hayya `alashha- lahdan menegok ke kiri saat mengumandangkan hayya `alal falah'. Pada azan Subuh, muazin mengumandangkan ashshalatu khairumminannaum usai melafaz kalimat hayya alal falah yang kedua. Kalimat ini dikumandangkan dua kali sesuai perintah Rasulullah SAW mengingat masih banyak orang tidur.

Lafaz azan tidak boleh ditambah dengan zikir-zikir lain, baik sebelumnya mau pun sesudahnya dengan mengeraskan suara. Azan juga tidak sah dilakukan sebelum waktunya mengingat sifatnya sebagai pengingat waktu shalat.

Namun, hukum ini tidak berlaku untuk azan Subuh yang boleh dikumandangkan sebelum waktunya. Tujuannya, agar orang-orang segera bersiap untuk melaksanakan shalat Subuh.

Syekh Muhammad Bin Shalih al- Utsaimin dalam Syarah Shahih Al-Bukhari mengungkapkan sebuah hadis yang merujuk kepada azan. Rasulullah bersabda, Rendahkanlah suara kalian dalam berdoa dan bertakbir! (HR al-Bukhari dan Muslim).

Yang dimaksud adalah azan jangan sampai dikumandangkan dengan teriakan yang mencemaskan. Azan mestinya diperdengarkan dengan suara lebih lunak disertai dengan mengangkat suara.

Pada masa sekarang, kita bisa menikmati teknologi berupa pengeras suara. Dengan sarana tersebut, muazin bisa mendapatkan kemudahan dalam menyerukan azan.

Hanya, dia menggarisbawahi jika muazin sedang memperdengarkan seruan kepada orang dengan pendengaran yang kuat. Dia beranalogi, apabila kita melihat dengan penglihatan lemah maka menggu- akan alat bantu kacamata.

Di sisi lain, kita pun diperintahkan untuk menjadi muazin dengan mengangkat suara apabila datang waktu shalat sementara kita berada di padang sahara. Syekh Utsmain mengutip kisah Abu Sa'id al-Khudri. Dia pernah berkata, Sesungguhnya aku melihat kamu suka sekali melihat kambing dan padang sahara. Maka apabila kamu sedang berada di sekitar kambingmu atau di padang sahara, maka azanlah untuk shalat. Angkatlah suara panggilanmu karena sesungguhnya tidaklah jin, manusia dan segala sesuatu mendengar sejauh suara muazin melainkan ia akan bersaksi kepadanya di hari kiamat. Abu Said berkata, Aku mendengarnya dari Rasulullah SAW,

Keutamaan azan

Azan dihukumi fardhu kifayah. Ini pun menjadikan umat Islam selayaknya berlomba-lomba menjadi muazin untuk mengumandangkan azan. Tak hanya sebagai penanda waktu shalat, ada hikmah lain di balik lantunan suara azan.

Apabila azan (shalat) diserukan maka setan lari sambil kentut sehingga dia tidak mendengar suara adzan itu. Apabila dia (muazin) menyelesaikan adzan, maka ia (setan) datang kembali. Sampai ketika iqamah shalat dikumandangkan, ia (setan)lari. Sampai ketika dia (muazin) menyelesaikan iqamah, dia (setan) datang kembali sehingga dia melintas diantara seseorang dan jiwanya.

Dia berkata, Ingatlah ini dan ingatlah itu, tentang sesuatu yang tidak pernah dia ingat sebelumnya, sehingga orang itu tidak sadar berapa (rakaat) yang telah dia laksanakan? Menurut Syeikh al-Utsmain, sesungguhnya azan adalah media pengusir setan. Azan membuat setan lari sambil kentut. Artinya, dia panik sehingga mengeluarkan bau dari duburnya. Setan itu bisa mendengar dan melarikan diri dari zikir kepada Allah.

Sebagai penyeru shalat, muazin dipuji oleh Allah sebagai orang yang paling baik perkataannya. Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang salih dan berkata: Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. (QS Fushshilat: 33). Muazin juga disebutkan Rasulullah SAW sebagai kepercayaan umat manusia, sedangkan imam sebagai penanggung jawab shalat.

Rasulullah pun mendoakan secara khusus kepada muazin agar diberi ampunan karena perannya dalam shalat. Tak hanya itu, seorang muazin juga akan diberikan pahala berlipat ganda. Sampai-sampai, Rasulullah SAW bersabda jika seandainya manusia mengetahui seruan azan, kemudian mereka tidak akan mendapatkannya kecuali lewat undian, niscaya mereka akan berundi. Seorang muazin sampai membuat bangga Allah SWT.

Seorang penyeru shalat pun akan diberikan ampunan dari Tuhannya dan dijamin masuk surga. Dalam hadis riwayat Abu Dawud, Rasulullah SAW mengatakan bahwa Allah SWT telah menyaksikan orang-orang yang mengumandangkan azan dan iqamah karena rasa takut. Allah pun telah memberikan ampunan kepada hamba-Nya dan memasukkannya ke dalam surga. Wallahu a'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement