Senin 26 Mar 2018 09:52 WIB

ACT akan Kirim Kapal Kemanusiaan ke Suriah

Misi kali ini akan menyasar warga sipil Ghouta yang terjebak dalam situasi perang.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).
Foto: Ghouta Media Center via AP
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Perang saudara yang berlarut-larut sejak 2011 di Suriah berdampak besar bagi situasi kemanusiaan di sana. Ratusan ribu orang sipil tewas. Sementara itu, jutaan penduduk setempat hidup terlunta-lunta sebagai pengungsi.

 

Untuk menunjukkan kepedulian rakyat Indonesia, Aksi Cepat Tanggap (ACT) akan mengirimkan Kapal Kemanusiaan yang akan mengangkut 1.000 ton beras ke Suriah.

Kapal Kemanusiaan tersebut mulai berlayar pada 21 April 2018 mendatang dari Pelabuhan Belawan, Medan, Sumatra Utara. 

Misi kali ini akan menyasar warga sipil Ghouta yang terjebak dalam situasi perang militer di Suriah. Sebelumnya, menurut Wakil Presiden Senior ACT Syuhelmaidi Syukur,pihaknya telah mengirimkan bantuan baju hangat dan keperluan lainnya kepada warga Ghouta yang menghadapi musim dingin. 

Untuk Ghouta, kondisi daerahnya memang sangat sulit. Yang lalu, kita juga mendapat info tentang beberapa relawan kita yang syahid ketika sedang mengirimkan bantuan. Mudah-mudahan ini bagian dari perjuangan mereka, kata ujar Syuhelmaidi Syukur saat ditemui usai konferensi pers di Bekasi, Ahad (25/3) malam.

Dia menjelaskan, sebelumnya ACT telah berhasil mengirimkan tiga unit Kapal Kemanusiaan ke berbagai negara yang sedang dilanda konflik. Misi yang sama juga telah menyalurkan bantuan 100 ton beras kepada masyarakat Kabupaten Asmat di Papua pada awal Februari lalu.

Sudah kita kirim ke Somalia (bantuan beras) 1.000 ton. Sebanyak 2.000 ton (beras) sudah kita kirim ke saudara-saudara kita di Rohingya melalui Bangladesh. Alhamdulillah, semua bantuan sudah diterima dengan baik. Lalu ke Palestina. Alhamdulillah, posisinya sudah berada di pelabuhan karena memang melalui jalur Israel, satu-satunya yang terbuka memasukkan bantuan ke Palestina, paparnya.

Dengan dana amanah dari para donatur, ACT mewujudkan misi Kapal Kemanusiaan. Syukur menjelaskan, program ini juga menyasar pemberdayaan ekonomi lokal. 

Pada Januari 2018 lalu, misalnya, misi Kapal Kemanusiaan ACT untuk Afrika dan Palestina mengangkut beras yang dibeli dari para petani Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Untuk misi ke Ghouta, Suriah, kali ini, ACT membeli 1.000 ton beras dari para petani Provinsi Aceh.

Mengapa beras? Pertama, mereka (pengungsi Suriah) juga sama seperti kita, mengonsumsi beras. Kedua, ini membawa spirit bahwa apa yang kita makan itulah juga yang akan dimakan saudara-saudara kita di pengungsian. Sejauh ini, mereka sangat mengapresiasi. Ketiga, misi ini juga menggerakkan petani di daerah-daerah lumbung pangan. Indonesia punya lumbung-lumbung pangan yang sanggup mengirim seribu atau dua ribu ton (beras). Bagi Indonesia yang produksinya jutaan ton (beras), seribu atau dua ribu ton itu sangat-sangat kecil. Cadangan beras kita cukup banyak. Kita juga bingung kenapa (Indonesia) jadi negara impor, jelasnya. 

Rencananya, bantuan 1.000 ton beras ini akan ditampung sementara di gudang logistik dekat perbatasan Turki-Suriah. Gudang tersebut termasuk dalam kompleks Indonesia Humanitarian Center (IHC), yang mulai beroperasi sejak 16 Maret 2018 di Reyhanli, Turki. 

Menurut Syukur, IHC merupakan basis ACT untuk menyalurkan bantuan dari Indonesia ke Suriah.

Sejak pendirian IHC, ACT telah memasok kebutuhan logistik kepada 5.000 kepala keluarga (KK) pengungsi Suriah. Berikutnya, ACT akan rutin mengirimkan bantuan bulanan kepada mereka. 

Jumlahnya (bantuan) pun akan kita tambah, seiring dengan kepercayaan publik. Kalau bicara target, minimal kita bisa menampung 100 ribu KK pengungsi. Kalau dikali tujuh (orang), itu totalnya sekitar 700 ribu orang. Ini saja masih sekian persen dari total pengungsi Suriah yang sekitar 17 juta itu. Mudah-mudahan ini menjadi amal kita semua, jelasnya.

Rencana berikutnya, Syukur menjelaskan, IHC akan menambah beberapa fasilitas, antara lain rumah yatim dan sekolah Humanity School untuk anak-anak pengungsi Suriah.

Ada pula rencana untuk mendirikan permukiman vertikal (apartemen) bagi para pengungsi Suriah di dekat perbatasan Turki.

Sebetulnya, mereka juga bukan tipe yang terus menunggu bantuan. Dengan dikasih tempat, mereka akan bekerja mandiri. Inilah (rencana) jangka panjang kita, akan membuat lahan-lahan pertanian supaya merea bisa menggarap lahan, juga peternakan. Jadi, banyak sekali sebenarnya yang ingin kita sediakan untuk saudara-saudara kita di Suriah, ungkapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement